Minggu, 01 Januari 2012

Penerapan Pendidikan Karakter Upaya Dini Memberantas Korupsi dan Kekerasan Pelajaran

ABSTRAKSI
oleh : Drs. H. M. Taufik

Hasil survei  Transparansi Internasional tahun 2001, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu dari tigabelas negara yang paling korup. Angka pertambahan orang miskin di Indonesia dalam 3 tahun terakhir melonjak. Data ADB orang miskin di Indonesia bertambah 2,7 juta orang (Detik.com, 26/10). Keterpurukan bangsa ini semakin lengkap, dimana generasi muda kita tidak sedikit yang terjerumus dalam berbagai peristiwa tawuran pelajar dan kekerasan pelajar.
Patut diucapkan syukur kehadiran Allah SWT. Disaat gencarnya pemberitaan tentang korupsi, derita kemiskinan yang melanda negeri ini, dan  tawuran antar pelajar. Harian Surya, menulis : SD Al Hikmah Surabaya ditetapkan sebagai juara pertama Sekolah berbasis Pendidikan karakter tingkat Nasional tahun 2011 oleh Direktorat Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional, Kemendiknas. SD yang beralamat di Jalan Gayung Kebonsari 10 Surabaya ini,  tanggal 20 oktober 2011 menyisihkan 120 finalis se Indonesia. Sekolah ini tampil sebagai  best practice penerapan pendidikan karakter bangsa (Surya, 25 Oktober 2011).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimana peran guru dalam  memberantas korupsi, kemiskinan dan kekerasan pelajar, melalui sekolah berbasis pendidikan karakter? Penulis berusaha memecahkan problem itu berdasarkan studi empirik di sekolah yang menyandang best practice penerapan pendidikan karakter bangsa ini. Penulis bagi dalam dua hal; pertama, pendidikan karakter yang dimasukkan dalam bidang studi. Kedua pendidikan karakter dalam non bidang studi.
         Kesimpulan yang penulis dapatkan antara lain: pertama, karakter kejujuran, kepedulian sosialsiswa dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran IPS pada materi pokok jual beli.  Hal ini tampak dari  banyaknya siswa yang bersedia menyumbangkan hasil jual beli pada kegiatan business day untuk korban lumpur Lapindo Sidoarjo.
Kedua, wawasan entrepreneurship (kewirausahaan), karakter percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, komunikasi, kerja keras, dan kejujuran siswa mulai tumbuh. Hal ini terlihat dari  kemampuan merencanakan dan melaksanakan program business day yang berwawasan entrepreneurship.  Siswa dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis, menata dan mengemas dagangan mereka, dan menawarkan/ mempromosikan  dagangannya, serta cara komunikasi yang baik pada calon pembeli. Akhirnya dengan bekal di atas siswa diharapkan dapat menjadi mengusaha sukses dan terhindar dari kemiskinan.
            Ketiga, pendidikan karakter dalam non bidang studi antara lain; membimbing sholat. Dalam kegiatan ini, siswa ditanamkan keyakinan bahwa merasa ada yang mengawasi dalam setiap tindak tanduknya sehinga mereka berkarakter jujur. Dengan keyakinan tersebut tentunya bahaya laten korupsi dengan sendirinya terkikis habis.
Keempat, Pada monitoring buku penghubung yang meliputi aspek ibadah, sosial dan kemandirian. Dari ketiga aspek  ini,  diharapkan   terbina kerukunan antar siswa dan akhirnya  tidak terjadi terjadi tawuran antar pelajar. Demikian juga infaq siswa, dengan kegiatan ini diharapkan timbul hal yang sama, karena dengan infaq dapat menghilangkan kesenjangan antara si miskin dan kaya. 
Kelima, pembinaan karakter di awal dan akhir pelajaran serta gardening. Dari kedua kegiatan ini di harapkan tumbuh generasi yang berjiwa entrepreneurship yang memiliki ketangguhan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri dan siap hidup di jamannya. Akhirnya problem kemiskinan dengan sendirinya terhindar dari generasi muda kita.


 UNTUK MENGHEMAT PENGELUARAN ANDA KLIK :  Rizqi Online

PENDAHULUAN

Hasil survei  Transparansi Internasional tahun 2001, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu dari tigabelas negara yang paling korup. Angka pertambahan orang miskin di Indonesia dalam 3 tahun terakhir melonjak. Data ADB orang miskin di Indonesia bertambah 2,7 juta orang (Detik.com, 26/10). Keterpurukan bangsa ini semakin lengkap, dimana generasi muda kita tidak sedikit yang terjerumus dalam berbagai peristiwa tawuran pelajar dan kekerasan pelajar.
Patut diucapkan syukur kehadiran Allah SWT. Disaat gencarnya pemberitaan tentang korupsi, derita kemiskinan yang melanda negeri ini, dan  tawuran antar pelajar. Harian Surya, menulis : SD Al Hikmah Surabaya ditetapkan sebagai juara pertama Sekolah berbasis Pendidikan karakter tingkat Nasional tahun 2011 oleh Direktorat Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional, Kemendiknas. SD yang beralamat di Jalan Gayung Kebonsari 10 Surabaya ini,  tanggal 20 oktober 2011 menyisihkan 120 finalis se Indonesia. Sekolah ini tampil sebagai  best practice penerapan pendidikan karakter bangsa (Surya, 25 Oktober 2011).
Maraknya berita korupsi  baik di media cetak maupun elektronik memenuhi otak kita. Seakan dunia ini mau kiamat. Bayangkan belum selesai kasus Century yang melibatkat elit politik di negeri ini. Muncul kasus Gayus yang amat populer. Seorang pegawai golongan III A mempunyai rekening milyaran. Dan sekarang nyayian Nazarudin mengobok-ngobok pemerintahan. Lebih parah lagi korupsi sekarang ini dilakukan oleh bukan lagi segelintir orang/kelompok tetapi hampir semua masyarakat Indonesia dan sudah terorganisir rapi. Anehnya lagi bukan hanya masyarakat bodoh dan tak beradab tetapi masyarakat cerdik pandai yang beradabpun melakukan korupsi.
Angka pertambahan orang miskin di Indonesia dalam 3 tahun terakhir melonjak. Data ADB orang miskin di Indonesia bertambah 2,7 juta orang (Detik.com, 26/10). Derita Kemiskinan bangsa ini bisa diibaratkan semut mati di lumbung padi. Mari kita bayangkan, Papua yang memiliki tambang emas yang begitu banyak di Tembaga Pura. Masyarakatnya sampai sekarang tetap terbelakang, miskin, dan terpuruk. Inilah akar masalah yang tidak kita perhatikan sehingga menyuburkan OPM, Organisasi Papu Merdeka, memprofokasi masyarakat disana untuk melakukan makar. Penyelesaian masalah di atas tidak lain adalah melalui jalur pendidikan. Hasil tambang emas 99 persen lari ke negeri Paman Sam sedangkan pemerintahan kita hanya 1 persen. Sekarang pemerintah merenggek-renggek memintah jatah 4 persen. Berapa persen yang sudah masuk untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Papua. Logika apa yang kita pakai untuk menjelaskan kepada masyarakat, mengapa kita hanya mendapat 1 persen. Bukankah  gunung emas itu ada  dan milik Bumi Pertiwi? Inilah menunjukkan bukti betapa negara ini tidak memilik kekuatan. Jangan jadikan rakyat Papua mati  di lumbung emas.
Keterpurukan bangsa ini semakin lengkap, dimana generasi muda kita tidak sedikit yang terjerumus dalam berbagai peristiwa tawuran pelajar, kekerasan pelajar, bahkan sampai ke arah mengkomsumsi narkoba. Banyak generasi muda kita yang hanya mementingkan egoisme dan kelompok. Dan juga karena karakter individualisme dan egoisme ini, menjadikan genereasi muda kita kelak jika menjadi anggota masyarakat tidak perduli dengan kondisi masyarakat lain yang masih di garis kemiskinan dan kekurangan. Dan inilah yang terjadi saat ini, maka jalan keluar yang efektif untuk mengatasi problematika yang menjerat bangsa ini yaitu melalui pendidikan karakter.
Oleh karen itu, penulis yang telah berkecimpung di dunia pendidikan sejak tahun 1990 dan menjadi pendidik di  SD Al Hikmah Surabaya sejak tahun 1993, berupaya menyumbangkan sedikit pengalaman nyata dalam mencetak generasi muda yang mengedepankan kejujuran dan siap hidup dijamannya. Di Sekolah yang telah ditetapkan sebagai juara pertama pendidikan karakter tingkat nasional di atas. Pola pendidikan karakter di SD full day school ini, akan kami tuangkan dalam karya tulis ilmiah. Dengan harapan semoga tulisan ini,  menjadi inspirasi sekolah lain se Indonesia agar bersama-sama mengentas keterpurukan, kemiskinan, korupsi dan tawuran antar pelajar. Akhirnya 20 tahun ke depan generasi muda kita menjadi manusia Indonesia yang memiliki karakter yang baik di antara bangsa-bangsa lain di muka Bumi.


SAJIAN DEFINISI

KORUPSI
Definisi korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah periaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan.Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Duabelas negara yang paling kurang korupsinya, menurut survey persepsi oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah sebagai berikut (disusun menurut abjad): Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Swedia, dan Swiss.
Menurut survei yang sama (transparansi Internasional di tahun 2001), tigabelas negara yang paling korup adalah (disusun menurut abjad): Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, Kamerun, Indonesia, Kenya, Nigeria, Pakistan, Filipina, Rusia, Tanzania, Uganda, dan Ukraina.
Mengukur korupsi – dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkan sejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan. (http://id.wikipedia.org/wiki/korupsi)

KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Penyebab kemiskin banyak dihubungkan dengan: penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan : Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan. (http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan)

KENAKALAN PELAJAR
Masuk ke dalam lingkungan sekolah baru bagi seorang pelajar ternyata tidak selalu menyenangkan, malah sebaliknya bisa membuat stress, cemas dan takut.  Bayangan terjadinya tindak kekerasan saat masa orientasi (MOS) dan sesudahnya kerap menjadi momok bagi siswa baru, bahkan di sekolah-sekolah tertentu seorang pelajar baik-baik bisa dipaksa menjadi salah satu “prajurit” tawuran!
Bagi siswa baru, MOS yang di dalamnya ada unsur kekerasan lebih dipandang sebagai ajang balas dendam siswa senior. Kegiatan penggencetan  ini juga seringkali berlanjut di luar masa orientasi dan di luar sekolah, dikenal dengan istilah “natar”. Materi yang diberikan diantaranya tentang pentingnya hormat terhadap senior, larangan berperilaku ‘ngocol’ bagi siswa yunior di sekolah, sampai “penataran”  tentang pengetahuan siapa musuh para senior, dimana lokasi terbaik mencari musuh sampai strategi tawuran. Tentu saja semua ini sudah tidak resmi dari sekolah lagi. Siswa baru yang tidak menurut pada senior akan “dikerjai” di luar sekolah, dibilang tidak solider, diancam, dibentak, diculik, dipukuli bahkan sampai ada yang menewaskan siswa baru, sehingga akhirnya mereka harus berurusan dengan polisi.
            Memutus rantai kekerasan, mungkinkah? Kekerasan dalam bentuk  fisik maupun verbal di kalangan pelajar  telah menjadi sebuah masalah serius yang ada di berbagai negara di seluruh dunia. Anak yang mengalami kekerasan akan mengalami masalah di kemudian hari baik dalam hal kesehatan maupun  kesejahteraan hidupnya.
O’Moore mendefinisikan kekerasan sebagai perilaku agresif berupa kekerasan fisik, seksual dan emosi . Individu atau kelompok yang menyerang satu sama lain, termasuk sebagai suatu perilaku agresif. Perilaku agresif yang dilakukan secara fisik adalah situasi dimana seorang anak, remaja atau suatu kelompok secara langsung atau tidak langsung mengancam, melukai atau bahkan melakukan pembunuhan pada seorang anak, remaja atau kelompok lainnya. Perilaku agresif termasuk diantaranya mendorong, mengguncang,menendang,memeras, membakar atau bentuk-bentuk kekerasan fisik lain baik yang dilakukan terhadap manusia atau benda (property). Kekerasan secara emosi adalah suatu kondisi dimana penyerangan dilakukan dalam bentuk verbal, ancaman, olok-olok, mengejek, berteriak, mengasingkan, menyebarkan rumor. Kekerasan secara sexual adalah perilaku yang menyangkut perbuatan pelecehan sexual dan perkosaan  (http://id.wikipedia.org/wiki/kenakalan remaja).

KEPEDULIAN SOSIAL
Salah satu karakter yang ditanamkan pada siswa SD al Hikmah yaitu kepedulian sosial. Kepedulian sosial tidak banyak saat ini dilakukan oleh banyak orang. Banyak yang merasakan makin sedikit orang yang peduli pada sesama dan cenderung menjadi seorang individualistis yang mementingkan diri sendiri.  Berjiwa sosial dan senang membantu merupakan sebuah ajaran yang universal dan dianjurkan oleh semua agama. Meski begitu, kepekaan untuk melakukan semua itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada diri setiap orang karena membutuhkan proses melatih dan mendidik.
            Memiliki jiwa kepedulian sosial sangat penting bagi setiap orang karena kita tidak bisa hidup sendirian di dunia ini, begitu juga pentingnya bagi anak karena kelak mereka pun akan hidup mandiri tanpa orangtuanya lagi. Dengan jiwa sosial yang tinggi, mereka akan lebih mudah bersosialisasi serta akan lebih dihargai. Bayangkan bila setiap orang telah luntur jiwa sosialnya. Kehidupan akan kacau, berlaku hukum rimba, kaum tertindas makin tertindas, semua orang mengedepankan ego masing-masing dan keadilan pun akan menjadi hal yang sangat mahal (mykafes@gmail.com).
Kepedulian sosial itu adalah sebuah tindakan. bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Jadi apabila kita melihat orang-orang korban bencana di televisi dan kita hanya bisa kasihan, itu adalah percuma karena apabila kita peduli maka kita harus bertindak. Karena sesungguhnya peduli itu tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar, tapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun.

ENTERPRENEURSHIP

Enterpreneurship (Kewirausahaan) adalah salah satu aspek penting untuk membekali  generasi mudah agar tangguh, siap hidup dijamannya dan terhindar dari kemiskinan. Entrepreneurship merupakan kemampuan atau inisiatif untuk menciptakan dan membangun suatu usaha yang asalnya tidak ada atau mengembangkan usaha yang sudah ada. Entrepreneurship merupakan kecakapan kreatif dalam menyadari adanya kesempatan berusaha pada saat orang lain tidak memperhatikan atau memikirkan. Jika suatu pekerjaan di mana seseorang bekerja untuk orang lain, maka orang itu adalah pekerja. Jika orang tersebut bekerja untuk diri sendiri (misalnya mereka memiliki bisnis sendiri), mereka disebut entrepreneur.
Ciri-ciri khas seorang entrepreneur menurut David Mc Clelland antara lain memiliki tiga dasar motif untuk berprestasi (need for achievement) atau yang dikenal dengan n-ach.. Ketiga motif itu adalah motif untuk berprestasi (achievement motive), motif untuk berafiliasi (affiliation motivation), dan motif untuk berkuasa (power motive). Seorang entrepreneur memiliki motif berprestasi yang sangat tinggi. Isi pikirannya mengungguli atau melebihi orang lain, tindakannya bertanggung jawab secara pribadi, berbuat kreatif dan inovatif. Seorang entrepreneur juga mampu bertahan dalam bidang usaha yang dirintisnya dan berhasil mengembangkan serta mendiversifikasikan bidang usahanya (Hayati, 2001).
Keberhasilan seorang entrepreneur sebagai sumber daya manusia yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Pembangunan yang berorientasi ke masa depan hendaknya bertumpu pada potensi sumber daya manusia dan kekuatan budaya masyarakat, sehingga meningkatkan mutu manusia dan masyarakat. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, seorang entrepreneur melakukan penanaman nilai-nilai, sikap, atau kemauan untuk berbuat atau bekerja keras. Inilah yang disebut dengan etos kerja yang tinggi. Jadi tidak heran jika ada negara yang sumber alamnya sedikit tetapi bisa maju karena mempunyai sumber daya manusianya yang berjiwa entrepreneur karena memiliki etos kerja yang tinggi (Hayati, 2001).


PERAN GURU DALAM MEMBERANTAS KORUPSI, KEMISKINAN, DAN KEKERASAN PELAJAR MELALUI SEKOLAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
(SEBUAH STUDI EMPIRIK DI SEKOLAH PENYANDANG BEST PRACTICE PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA)


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimana peran guru dalam  memberantas korupsi, kemiskinan dan kekerasan pelajar, melalui sekolah berbasis pendidikan karakter? Penulis berusaha memecahkan problem itu berdasarkan studi empirik di sekolah yang menyandang best practice penerapan pendidikan karakter bangsa ini. Penulis bagi dalam dua hal; pertama, pendidikan karakter yang dimasukkan dalam bidang studi. Kedua pendidikan karakter dalam non bidang studi.

Pendidikan Karakter dalam Bidang Studi
          Pada prinsipnya setiap bidang studi mulai dari Pendidikan Agama, IPA, Matematika, PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), IPS, Bahasa Indonesia, bahkan sampai Pendidikan Olah raga. Mulai SD kelas 1 sampai kelas 6 dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi,  dapat disisip pendidikan karakter.
Dengan berbagai pertimbangan, diantaranya penulis paling lama mendidik di kelas 3 SD dan dalam pelajaran IPS pada pokok bahasan jual beli bisa di susun kegiatan businis day yang berwawasan enterprenuership (kewirausahaan). Dengan harapan karakter yang ditanamkan mampu menjawab problem korupsi dengan membiasakan karakter  jujur. Problem kemiskinan dengan menanamkan karakter kerja keras, kreatif, pantang menyerah dan berani mengambil resiko . Dan problem kenakalan remaja dengan menanamkan karakter  komunikasi, percaya diri, dan peduli sosial. Akhirnya  penulis memilih  bidang studi IPS kelas 3 semester 2 pada materi pokok jual beli. Mewakili salah satu contoh pendidikan karakter yang ditanamkan melalui pembelajar bidang studi.
Recana Pelaksanaan Pembelajaran ( R P P )
Satuan Pendidikan          : SD AL HIKMAH SURABAYA
Mata Pelajaran                  : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas/Semester                : III / 2
Waktu                                 : 8 X 35 ment                                            
    a.  Standar Kompetensi
1.   Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
    b. Kompetensi Dasar                                               
1.1    memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
    c. Indikator
     1. Indikator Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
v     Komunikasi
v     Jujur
v     Kerja keras
v     Kreatif
v     Percaya diri
v     Menghargai prestasi
v     Kepemimpinan
v     Berani mengambil resiko
v     Berorientasi ke masa depan
v     Peduli sosial
     2.  Indikator Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif  (entrepreneurship)
ü     Berorientasi tugas dan hasil
ü     Berani mengambil resiko
ü     Pantang menyerah

     d.    Tujuan Pembelajaran

1.    Diberikan beberapa contoh gambar kegiatan jual beli  dan  melihat tayangan video kegiatan di pasar, dapat menggali rasa ingin tahu siswa  untuk  menjelaskan tujuan jual beli
2.    Diberikan beberapa contoh gambar kegiatan jual beli  dan  melihat tayangan video kegiatan di pasar, dapat menggali rasa ingin tahu siswa  untuk  menjelaskan pengertian jual beli
3.    Siswa dapat merencanakan persiapan jual beli dengan penuh percaya diri.
4.    Siswa berani mengambil resiko dengan  menentukan produk yang akan dijual.
5.    Siswa Berorientasi tugas dan hasil dengan menentukan harga beli dan harga jual produk yang akan dijual
6.    Terlibat dalam kegiatan business day, sehingga siswa dapat :
·         menyapa pembeli dengan penuh percaya diri
·         siswa Berani mengambil resiko dengan menanyakan pada pembeli barang apa yang dibutuhkan
·         menjelaskan tentang barang yang di butuhkan pembeli dengan kejujuran
·         membentuk toleransi siswa dapat mengucapkan terima kasih .
·         membentuk kepedulian sosial dengan menyumbangkan sebagian laba untuk korban LUSI (Lumpur Lapindo Sidoarjo).

      e. Materi Ajar

-       Tujuan jual beli untuk memenuhi kebutuhan yang belum dimiliki oleh seseorang.
-       Pengertian jual beli adalah tukar menukar barang dengan menggunakan sejumlah uang tertentu.
-       Cara efektif berbicara dengan pembeli
      f.  Sumber/ Alat/ Media
          1. Sumber
-          Buku paket IPS
-          Buku paket penunjang
   2. Alat/Media   
-          LCD
-          Komputer / laptop
-          Video kegiatan di pasar
-          Gambar kegiatan di pasar


Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran IPS pada pokok bahasan :  Jual beli,  di kelas 3 semester kedua pada tahun ajar 2010-2011. Penulis  lakukan dengan menggunakan 3 tahapan: (a) pendahuluan,  (b) inti  dan (c) penutup, selama empat pertemuan (8 x 35 menit).
Secara rinci tahapan di atas adalah sebagai berikut; Pada pertemuan pertama, Pendahuluan, rencana waktu yang digunakan 5 menit, pada pelaksanaannya 8 menit.  Dimana guru mengawali pembelajaran dengan refleksi dan ice breaker (bermain tepuk tangan; tepuk satu kali, tepuk dua kali dst). Kemudian guru memotivasi siswa dengan menceritakan pentingnya materi ini   dalam  kehidupan sehari-hari (dengan memberi gambaran tentang pentingnya jual beli, peluang rejeki hampir 90% ada pada  entrepreneurship). Dengan jual beli orang banyak sukses dan dapat membantu derita orang lain, terutama yang tertimpah bencana. Barulah guru menyampaikan  tujuan pembelajaran pada siswa.
Adapun inti pertemuan pertama rencananya 60 menit guru terlaksana 55 menit.  Penulis selaku guru  berdiskusi dengan siswa.  Tentang kegiatan jual beli dan memutarkan video   kegiatan di   pasar tradisional di bandingkan dengan pasar modern  melalui LCD. Setelah gambar dan tayangan video berakhir guru memberikan pertanyaan pada siswa apa tujuan dan pengertian dari kegiatan yang baru dilihat. Pendidikan karakter yang ditanamkan antara lain; kreatif, rasa ingin tahu, dan kejujuran.
Siswa dengan dibimbing guru mendiskusikan tujuan dan pengertian jual beli dan manfaat jual beli (diantaranya dapat menolong orang yang terkena musibah LUSI) dengan kelompok tutor. Dari hasil diskusi itu tiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusinya. Bersama siswa guru menyimpulkan apa tujuan dan pengertian dari jual beli. Kelompok yang mempresentasikan paling bagus mendapat reward dari teman atau kelompok yang lain. Adapun pendidikan karakter yang di tanamkan diskusi di atas antara lain; komunikatif, kreatif, tanggung jawab, mandiri, kepemimpinan, percaya diri, dan kejujuran.
Penutup pada pertemuan perdana berlangsung 7 menit, dua menit lebih lama dari waktu yang direncanakan. Guru dan siswa mengulang kesimpulan. Akhirnya melakukan Ice breaker yang penulis lakukan adalah (bernyanyi dengan lirik di sini senang di sana senang; berdagang senang, berbisnis senang, berjual beli itu senang, la..   la… la ). Siswa dengan antusias bernyanyi bersama guru.
Pada pertemuan kedua, pendahuluan memakan waktu 5 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan refleksi dan ice breaker (bernyanyi kembali dengan lirik di sini senang di sana seperti pertemuan sebelumnya). Guru menanyakan kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya misalnya apa tujuan dan pegertian jual beli. Kemudian guru memotivasi siswa dengan menceritakan pentingnya materi ini dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari jual beli lebih lanjut. Pendidikan karakter yang di tanamkan  antara lain; demokratis dan berorientasi ke masa depan.
Inti pepembelajaran pada pertemuan kedua (waktu : 60 menit). Guru memberikan permasalahan sebagai berikut: Ali memiliki keinginan untuk membuka usaha di depan rumahnya. Karena di lingkungan rumahnya banyak sekali karyawan bahkan ribuan yang bekerja di perusahaan yang ada di dekat rumah Ali, sedangkan Ia tidak tahu apa yang harus dijual agar barangnya laku. Di sisi lain Ali juga bingung bagaimana cara merencanakan persiapan jual belinya dan  menentukan harga beli dan harga jual produk yang akan dijual. Dan rencananya sebagian laba dari penjualan akan Ali sumbangkan kepada sepupuhnya yang tertimpah bencana lumpur lapindo Sidoarjo. Pendidikan karakter yang di tanamkan antara lain;  peduli  Sosial dan kejujuran
Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, setiap kelompok 6  siswa. Meminta setiap kelompok membahas permasalah  di atas   dengan mengisi lembar tugas  yang disediakan. Membimbing siswa menyelesaikan permasalahan serta   melakukan penilaian  menggunakan LP1 (Lembar Penilaian 1).
Lembar  Penilaian  1. Diskusi Kelompok bertema entrepreneurship
No
Nama
Kerja sama
Aktifitas
Jumlah Skor
Nilai
1
2
3
4
1
2
3
4


1











2











3











a.    Aspek penilaian Kerja sama :
1.    Jarang bekerja sama dengan anggota kelompok
2.    Kadang-kadang bekerja sama dengan anggota kelompok
3.    Sering bekerja sama dengan anggota kelompok
4.    Selalu bekerja sama dengan anggota kelompok

b.                                    Aspek penilaian Aktifitas : (mendengarkan, Diskusi, mengungkapkan pendapat, Presentasi)
1.    Melakukan hanya 1 aktifitas saja
2.    Melakukan 2 aktifitas yang berbeda
3.    Melakukan 3 aktifitas yang berbeda
4.    Melakukan 4 aktifitas yang berbeda
 Nilai  =    Skor perolehan   x  100
                                                8

Guru meminta wakil kelompok menyajikan kerjanya dan menjelaskan  Atau mendemonstrasikan dalam  menyelesaikan masalah dan mendiskusikan dengan kelompok lain. Semua siswa memilih kelompok terbaik yang  tampil di depan dengan memberi penghargaan kepada  kelompok terbaik. Penutup pada pertemuan kedua (waktu ; 6 menit). Bersama siswa merangkum cara penyelesaian suatu masalah. Siswa mendapat  PR tentang persiapan business day dengan   mengisi lembar tugas  yang disediakan.
Pada pertemuan ketiga, pendahuluan rencana waktu  8 menit, molor jadi 12 menit. Persiapan penataan barang yang dijual, memerlukan waktu yag lama karena banyak siswa yang belum terbiasa. Kemudian secara resmi acara dibuka oleh waka kesiswaan, ustat Sholikin, mewakili  kepala sekolah. Dan guru memotivasi siswa agar menyisihkan sebagian laba daganganya untuk kegiatan sosial. Kegiatan sosial yang dimaksud adalah menyumbangkan uang tersebut bagi korban LUSI (Lumpur Lapindo Sidoarjo).
Pelaksanaan business day rencana  90 menit, terlaksana dengan baik, bahkan ada yang hanya membutuhkan waktu 30 menit jualan siswa laris manis. Paling lama siswa memerlukan waktu 80 menit. Mereka begitu antusias melakukan kegiatan yang menyenangkan ini. Tawar menawar terjadi di berbagai sudut antara penjual dan pembeli. Penjual siswa kelas 3 adapun pembelinya ada siswa kelas 1 sampai kelas 6 bergiliran memasuki arena berdagang ini. Tidak ketinggalan beberapa guru menyerbu aneka makanan kesukaannya.
Modal jual beli di batasi maksimal lima puluh ribu rupiah, harga jual tiap barang maksimal tiga ribu rupiah. Adapun jenis barang yang dijual oleh siswa  beraneka ragam. Antara lain; aneka makanan ringan, berbagai jenis minuman, aneka jenis mainan, nasi goreng, mie goreng, dan berbagai jenis kue serta tidak ketinggalan berbagai alat tulis.
Kegiatan penutup  yang diperkirakan memakan waktu selama 7 menit, ternyata membutuhkan waktu rata-rata 20 menit. Siswa merapikan dan menghitung barang dagangan yang belum terjual. Kemudian mereka berkeliling menawarkan dagangannya memasuki lorong-lorong kelas. Adapun siswa yang dagangannya ludes terjual, mereka menghitung barang dagangan yang terjual dan menghitung keuntungannya.
Guru melakukan pemaknaan kegiatan business day dan melakukan proses penilaian 2 (penilaian kegiatan business day). Disamping itu guru mengumpulkan sumbangan laba jual beli dari siswa bagi korba LUSI. Dan menyerahkan secara simbolik hasil sumbangan di atas kepada korban semburan lumpur Lapindo. Pendidikan karakter yang di tanamkan  antara lain; percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, komunikasi, kerja keras, dan kejujuran.






Penilaian 2 (Business Day)
No
Nama Siswa
Penataan  barang
Penawaran Barang & Komunikasi
Barang yang terjual
Prosentase sumbangan
Jumlah Skor
Nilai
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1



















2



















3




















a.    Aspek penilaian Penataan Barang :
1.    Penataan barang dagangan tidak sesuai jenis barang yang di jual dan tidak tertata rapi.
2.    Penataan barang dagangan sesuai jenis barang yang di jual, tapi tidak tertata rapi.
3.    Penataan barang dagangan tertata rapi, tapi tidak sesuai jenis barang yang di jual.
4.    Penataan barang dagangan tertata rapi dan sesuai jenis barang yang di jual.
b.    Aspek Penilaian Penawaran Barang  dan Komunikasi :
1.    Jarang menawarkan barang dagangan dan berkomunikasi pada setiap orang yang dilihat.
2.    Kadang-kadang menawarkan barang dagangan (komunikasi) pada setiap orang yang dilihat.
3.    Sering menawarkan barang dagangan (komunikasi) pada setiap orang yang dilihat.
4.    Selalu menawarkan barang dagangan (komunikasi) pada setiap orang yang dilihat.
c.    Aspek penilaian Barang yang terjual :
1.    Jumlah barang dagangan yang terjual 0 %  -  25 %.
2.    Jumlah barang dagangan yang terjual 26% -  50 %.
3.    Jumlah barang dagangan yang terjual 51% - 75 %.
4.    Jumlah barang dagangan yang terjual 76% - 100 %
d.    Aspek Prosentase Sumbangan  :
1.      Prosentase sumbangan dari laba hasil jualan 0 %  -  25 %.
2.      Prosentase sumbangan dari laba hasil jualan 26% -  50 %.
3.      Prosentase sumbangan dari laba hasil jualan 51% - 75 %.
4.      Prosentase sumbangan dari laba hasil jualan 76% - 100 %.
Nilai =  Skor perolehan   x 100
                                               16

Adapun pertemuan keempat hanya memerlukan waktu 35 menit. Kegiatan yang dilakukan adalah persiapan ulangan harian selama 2 menit sebagai pembukaan. Intinya adalah ulangan harian materi jual beli, waktu yang diberikan kepada siswa hanya 30 menit. Penutup kegiatan adalah mengumpulkan hasil ulangan harian dalam waktu 3 menit. Kemudian guru melakukan koreksi hasil ulangan tersebut dan memasukkan ke dalam daftar nilai (sebagai penilaian ketiga).

Analisis Hasil Pembelajaran

Pada penilaian 1,  hasil diskusi kelompok bertema entrepreneurship. Siswa sangat aktif dalam mengikuti diskusi kelompok. Hal ini terlihat 23 siswa (77%)  memperoleh nilai 100. Dan hanya 7 siswa (23%) yang mendapat  nilai 87,5. Dalam diskusi bertema entrepreneurship ini, penulis  melihat  siswa sangat antusias dalam bekerjasama dalam diskusi. Dan mereka sangat aktif dalam pelaksanaan diskusi kelompok ini.
Adapun perbandingan antara murid putra (siswa) dan murid putri (siswi).  Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ini, terlihat siswi lebih matang dalam mengemukaan pendapat, presentasi dan  lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswa. Untuk siswa putri yang mendapat nilai 100 ada 13 siswi (81%), sedangkan siswa ada 10 anak (71%) dari 14 jumlah siswa.  
Untuk penilaian 2, kegiatan business day berwawasan entrepreneurship. Hasil pengamatan penulis pada kegiatan di atas terlihat bahwa: siswa SDH memiliki kemampuan yang baik dalam berdagang. Mereka padai dalam menawarkan barang dagangannya, pintar berkomunikasi, penataan barang yang menarik dan barang daganganya  lebih cepat habis terjual. Hal ini terlihat bahwa siswa yang bersekolah berstandar Internasional (SDBI) ini, hanya ada 10 persen (3 siswa) yang mendapat nilai 75.
Khusus untuk kegiatan sosial,  mereka dengan antusias untuk beramal bagi saudaranya yang mengalami musibah lumpur lapindo. Hal ini terlihat ada siswa yang menyumbangkan semua laba penjualan, dan bahkan ada yang menyumbang semua laba penjualan dan sebagian modal usahanya.
Sedangkan perbandingan antara siswa dan siswi. Terlihat dalam hal komunikasi dan penawaran barang,  siswi terlihat lebih komunikatif dan lebih giat untuk menawarkan. Hal yang nampak menonjol pada siswi terlihat dari jenis barang yang dijual lebih bervariasi dan kemasan barang dagangannya lebih menarik serta penataan barang jual belinya lebih rapi an menarik.
Hal yang menonjol pada siswa adalah jiwa sosialnya lebih baik dari siswa putri. Hal ini terlihat dari pengamatan penulis banyak siswa putra menyumbangkan hampir semua laba dagangannya ditambah dengan sedikit modalnya. Sedangkan siswi kebanyakkan menyumbang untuk kegiatan sosial sebagian labanya dan ada yang seluruh labanya.
Dalam memilih barang yang dijual siswa lebih simple dibanding siswi. Siswa ada yang hanya berjualan es lilin, puding, pizza mini, nasi goreng, mie goreng, ayam goreng, atau aneka mainan anak-anak. Sedangkan siswi satu anak ada yang menjual rata-rata tiga jenis dagangan. Mulai dari aneka minuman; es lilin, es sirup, es buah, es puding, jusi milk, dan minuman lain. Untuk jenis makanan; nasi goreng, mei goreng, kebab, nasi kebuli, nasi kuning, dan nasi krawu (makanan khas kota Gresik). 
Adapun data hasil ulangan harian materi jual beli, siswa-siswi kelas 3C tahun ajar 2010-2011. Nilai ulangan siswa/ siswa SDH ini amat bagus hal ini  tabel 3, yang mendapat nilai 10 ada 7 siswa, sedangkan yang lainnya mendapat nilai 9,5. Adapun nilai  rata-rata ulangan mereka pada materi di atas 9,62. Bila dibandingkan nilai hasil ulangan antara siswa dan siswi, teranyata siswa  sedikit lebih baik dibanding dengan siswi, yang mendapat nilai 10 ada 4 siswa (dari 14 siswa) sedangkan siswi yang nilainya 10 ada 3 anak  (dari 16 siswi).

Pendidikan Karakter dalam Non Bidang Studi
Pembentukan karakter pada semua siswa di sekolah berstandrat internasional ini, dimulai dari kejujuran, cinta kebersihan, hingga kebangsaan. Karakter yang ditanamkan  dalam non bidang studi minimal mampu menjawab problem korupsi dengan membiasakan karakter  jujur. Problem kemiskinan dengan menanamkan karakter kerja keras, kreatif, pantang menyerah dan berani mengambil resiko . Dan problem kenakalan remaja dengan menanamkan karakter  komunikasi, percaya diri, dan peduli sosial.  
Semua elemen di SD Al Hikmah Surabaya sepakat membiasakan jujur, cinta kebersihan, hingga kebangsaan dalam semua hal dan dilakukan.  Mulai dari guru, kepala sekolah, karyawan/pegawai, siswa sampai petugas keamanan. Kami berkeyakinan apabila semua elemen menjalankan pembiasaan ini, insyaAllah pembiasaan jujur akan berjalan dan menjadi kebiasaan baik. Jujur dalam semua hal artinya setiap perbuatan dan aktifitas yang dilakukan harus sesuai dengan norma dan aturan yang telah disepakati. Seperti datang kesekolah tepat waktu, siswa dan guru masuk kelas tepat waktu, membuang sampah tepat pada tempatnya, dan sebagainya.
Pendidikan karakter dalam non bidang studi antara lain; membimbing sholat, monitoring buku penghubung, infaq siswa, pembinaan karakter di awal dan akhir pelajaran,  dan gardening. Kegiatan itu semua disinergikan langsung antara sekolah, siswa dan orang tua.   

Membimbing Sholat
Penanaman nilai agama bukan sekedar siswa diberi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu yakni dengan praktek langsung. Siswa ditanamkan menjalankan sholat lima waktu tepat waktu. Kegiatan dipantau sampai di rumah baik melalui laporan buku penghubung dan dilakukan monitoring via telpun pada saat subuh (program subuh kol). Tepat waktu yang diharapkan  bukan hanya sekedar masuk sekolah tepat waktu yang utama adalah mengerjakan sholat tepat waktu. Kesadaran ini ditanamkan agar siswa memiliki rasa syukur atas apa yang mereka peroleh dan karuni yang diberikan oleh Allah SWT. Mereka merasa ada yang mengawasi dalam setiap tindak tanduknya sehinga mereka berkarakter jujur.
            Pembimbingan sholah dilakukan setiap hari mulai Senin sampai Jum’at. Dimana setiap sholat dhuhur dan ashar siswa dibimbing mulai dari doa dan adab wudhu, adab dan doa masuk masjid dan di dalam masjid, sholat berjamaah, dan doa setelah sholat. Pembibingan ini dilakukan rutin setiap hari oleh guru di bantu staf. Ada guru yang bertugas mengawasi wudhu siswa dengan tujuan agar siswa sempurna dalam berwudhu dan berwudhu dengan benar sesuai dengan yang diajarkan Nabi.  Guru yang bertugas di depan pintu masuk masjid tujuannya untuk menjaga adab-adab siswa masuk masjid. Masuk masjid di awali dengan  doa masuk masjid dan melangkah masuk masuk di dahulu dengan kaki kanan.
            Di dalam sudah menungguh beberapa guru untuk mengatur shof sholat. Mereka membimbing siswa agar mengisi shof paling depan yang masih kosong. Memimpin dan membina siswa untuk mengisi waktu sebelum sholat wajib dengan melakukan sholat sunnah dan membaca al Qur,an khususnya pada juz 30 (juz terakhir dalam al Qur’an).
            Bila ada siswa yang terlambat maka dilakukan pembinaan secara khusus oleh guru yang bertugas di serambi masjid. Pada tahap pertama,  mereka diberi nasehat agar tidak mengulangi lagi. Pada tahap  kedua, guru menghukum dengan menyuruh mereka besuk datang lebih awal dan menempati shof depan. Pada tahap ketiga mereka disuruh menghafal salah satu surat pendek dalam  al Qur’an juz 30.

Monitoring  Buku Penghubung
Salah satu unsur yang ada dimonitoring dalam buku penghubung adalah datang sekolah tepat waktu.  Diharapkan siswa  tepat waktu segalanya. Bukan hanya sekedar masuk sekolah tepat waktu tetapi tepat segalanya sehingga siswa menjadi terbiasa semuanya.
            Ada tiga kelompok yang dimonitoring dalam buku penghubung yaitu aspek ibadah, sosial, dan kemandirian. Dalam aspek ibadah meliputi sholat lima waktu dikerjakan tepat waktu baik di sekolah maupun di rumah. Sholat lima waktu dilakukan dengan tertib. Dan siswa berdoa  setelah sholat. Kesemuanya dipantau setiap hari oleh wali kelas dan bersinergi dengan pantauan orang tua.
            Untuk aspek ibadah di rumah wali murid disamping mengisi kegiatan sholat dan doa sesudah sholat. Di tambah dengan mengisi apakah siswa membaca al Qur’an setiap hari, berwudhu menjelang tidur dan berdoa ketika masuk dan keluar rumah.
            Aspek kedua, sosial meliputi; salam dan berjabat tangan dengan guru dan teman, bergaul dengan baik, taat dan patuh kepada guru. Berperilaku sopan terhadap semua orang dan tidak menyela pembicaraan orang lain. Adapun aspek sosial yang dipantau oleh wali murid meliputi; salam dan berjabat tangan dengan orang tua, mematuhi nasehat dan perintah orang tua, sopan dan santun kepada orang tua. Juga berperilaku sopan terhadap semua orang dan menyayangi kakak, adik, dan saudara lainnya. Dari aspek kedua ini,  salah satu harapannya :  terbina kerukunan antar siswa dan akhirnya  tidak terjadi terjadi tawuran antar pelajar, baik dengan sesama siswa di internal sekolah maupun di sekolah lain.
            Pada aspek ketiga, kemandirian meliputi; masuk kelas tepat waktu, merapihkan pakaian, dasi, jilbab, dan kopyah. Seragam dan peralatan sekolah lengkap.  Tenang selama di kelas, aktif mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas tepat waktu. Menjaga kebersihan sekolah dan melaksanakan adab makan. Untuk aspek kemandirian di rumah meliputi; bangun tidur sendiri, mandi dan gosok gigi sendiri, dan memakai pakaian sendiri. Melepas pakaian sendiri, memakai dan melepas sepatu sendiri. Makan sendiri, menyiapkan buku dan peralatan sekolah sendiri. Belajar/ membaca buku, meletakkan peralatan sekolah pada tempatnya dan membantu pekerjaan di rumah.

Infaq Harian
            Infaq sekolah adalah sebuah kegiatan rutin yang siswa SD al Hikmah seratujak awal pendirian sekolah, tahun 1990. Siap pagi siswa diberi edaran kotak infaq. Ada yang mengisi lima ratus rupiah atau seribu rupiah. Tak jarang ada siswa menyumbangkan semua uang sakunya untuk infaq. Kebiasaan ini ditanamkan dengan harapan mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi, peduli pada sesama, terutama yang mengalami kesulitan ekonomi. Akhirnya timbul kerukunan antar pelajar karena dengan infaq dapat menghilangkan kesenjangan antara si miskin dan kaya.
            Infaq yang sudah terkumpul oleh bendahara kelas disetorkan kepada koordinator infaq di ruang TU, tata usaha, sekolah. Oleh pihak koordinator infaq dihitung dan direkap, setiap bulan dilaporkan kepada kepala sekolah dan wali kelas. Kemudian uang disetorkan  ke Bank.  Setiap akhir tahun diambil untuk bea siswa  kepada anak yang kurang mampu   dilingkungan SD al Hikmah. Rata-rata setiap tahun mereka mendapat bea siswa Rp 360.000 per-anak, dengan asumsi setiap bulan Rp 30.000.  Adapun jumlah siswa yang beruntung lebih dari 30 anak setiap tahun.
            Disamping  beasiswa, hasil infaq ini secara insidental disumbangkan kepada warga yang kurang mampu di lingkungan sekolah. Seperti saat SD al Hikmah dinobatkan sebagai juara pertama sekolah berbasis pendidikan karakter tahun 2011 ini, infaq disumbangkan kepada pasukan kuning yang berada di lingkungan Kecamatan Gayungan (Surya, 25 Oktober 2011).

Pembinaan Karakter Awal dan Akhir Pelajaran
            Setiap hari siswa SD al Hikmah Surabaya masuk sekolah mulai pukul 07.10. Pelajaran bidang studi dimulai pukul 07.30. Jedah waktu 20 menit digunakan untuk pembinaan karakter. Mulai dari baris dengan tertib di depan kelas dipimpin salah satu siswa. Guru memasukkan siswa sambil berjabat tangan dengan siswa. Adapun siswa membentuk barisan sesuai dengan urutan masuk dan berjabat tangan antar siswa.
            Setelah siswa duduk tertib di kursi masing-masing, ada satu petugas piket memimpin doa dan di tutup dengan pembacaan ikrar siswa al Hikmah. Salah ikrar yang di baca setiap hari berbunyi : “sayang kawan tak punya lawan”. Kalimat ini berulang-ulang diucapkan setiap hari mulai kelas satu sampai kelas 6. Dengan harapan mulai sejak dini ditanamkan cinta pada sesama dan tidak memiliki lawan hanya kawan. Akhirnya tawuran antar pelajar tidak ada dalam pikiran mereka apalagi dalam perbuatan.
            Selesai ikrar, tiba saatnya guru dalam waktu kurang lebih 10 menit memberikan nasehat, penanaman karakter. Baik berupa potongan kisah Nabi Muhammad dan sabatnya atau kisah teladan lain. Tak jarang guru bertanya tentang sholat mereka, perbuatan baik apa yang sudah dilakukan kepada orang tua, saudara atau orang lain hari ini. Dengan harapan saling berbagi cerita pengalaman baik yang bisa di tularkan pada siswa lain.
            Kegiatan sebelum pulang, antara pukul 15.30 sampai 15.45. Setelah siswa melakukan sholat ashar berjamaah, mereka kembali ke kelas masing-masing. Melakukan kegiatan persiapan pulang, mulai dari memakai sepatu, merapihkan tempat duduk, dan mengambil sampah yang ada disekitarnya. Doa akhir pelajaran dan nasehat guru adalah kegiatan rutin yang diberikan agar siswa tetap terkontrol dan berkarakter. Isi nasehat guru berupa, menginggatkan siswa tentang budaya sekolah yang telah ditulis di buku penghubung.
            Diantara budaya sekolah yang ditanamkan antara lain; hormat dan patuh pada guru, tidak membawa mainan yang kurang mendidik, tidak membawa HP dan barang mahal. Tidak makan minum sambil berdiri dan uang jajan maksimal Rp 7.000,-. Membiasakan mengucapkan maaf, tolong dan terimah kasih. Membuang sampah pada tempatnya, gemar membaca, disiplin waktu, dan mentaati tata tertib. Sholat berjamaah dengan tertib dan membaca al Qur’an setiap hari. Menyayangi teman tak punya lawan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran (Buku Penghubung, 2011).
Dari keseluruhan pembiasaan kegiatan baik siswa di sekolah, dukungan orang tua wali muridlah yang akan memberi kekuatan lebih bagi siswa itu sendiri. Tidak mungkin suatu program berjalan dengan baik hanya di satu sisi saja, tentu sisi yang lain juga akan mendukung untuk melengkapi kesempurnaan. Kami menganggap bahwa antara siswa, sekolah dan orang tua adalah kesatuan dari bentuk segitiga yang bisa mewujudkan dan mencetak SDM Indonesia yang terbaik. 
Pembiasaan siswa melakukan kegiatan baik selama di sekolah harus juga bisa dilakukan mereka selama di rumah. Jika kegiatan baik ini dilakukan terus menerus baik di sekolah maupun di rumah, maka siswa/anak akan terbiasa melakukan rutinitas tersebut. Kemudian harapannya akan berdampak terus sampai mereka dewasa.
Tantangan berikutnya adalah bagaimana mengontrol siswa atau bahkan orang tua agar program ini berjalan dengan baik. Kami guru-guru SD Al Hikmah Surabaya berupaya maksimal agar hubungan siswa, sekolah dan orang tua selalu terpantau dan saling mengisi. Untuk menunjang hal tersebut kami melakukan dan homevisit.
            Homevisit adalah program kunjungan kerumah wali murid. Setiap wali kelas dengan didampingi oleh guru mitra melakukan kunjungan kesemua siswa satu kelas dalam kurun waktu satu tahun. Kegiatan ini biasanya di lakukan setiap hari Sabtu keempat dengan rata-rata setiap 4 siswa tiap bulan.

Gardening (Children’s Garden)
            Program gardening merupakan salah satu wujud aplikatif upaya  al Hikmah Surabaya, dalam mencetak generasi muda peduli lingkungan.  Memperkaya pengalaman belajar siswa agar bermanfaat bagi lingkungan serta siap hidup di jamannya. Tujuan dari kegiatan ini antara lain; pertama, memupuk sikap peduli lingkungan melalui pengamatan tanaman dan pemanfaatannya. Kedua, membiasakan sikap tanggung jawab, kerjasama dan sosialisasi yang sehat. Kegiatan ini di mulai pada tanggal 5 Maret 2004.
            Dalam kegiatan gardening (menanam pohon) dilakukan secara bergilir, setiap jenjang kelas mendapat giliran setiap tahun sekali. Jenjang kelas yang mendapat giliran wajib menanam dan merawat tanaman sampai masa panen. Ada kelas yang menanam jagung, tomat, kacang panjang dan lain-lain sesuai dengan hasil musyawarah tiap jenjang.
            Saat ini, oktober  2011, tim kelas 4 mendapat amanah program gardening. Tim ini sepakat menanam jagung. Siswa kelas 4 yang berjumlah 130 anak ini, setiap siswa diberi amanah menanam dan merawat satu tanaman. Para siswa dengan didampingi oleh guru melakukan kegiatan pembenihan, perawatan tanaman, menyiram, memupuk dan akhirnya memanen.
            Kegiatan yang bertema “Alhamdulillah, tanamanku tumbuh”, disambut antusias oleh siswa. Ketika tanaman mulai tumbuh, anak-anak jadi tidak kerasan tinggal di kelas waktu bel istirahat berbunyi. Mereka lebih memilih untuk meninjau tanamannya. Ada yang menyiram, mengambil rumput, atau cukup melihat saja. Sebuah arena rendezvous di tengah jadual ketat jam-jam pelajaran.
            Untuk menunjukkan betapa menariknya pesta hasil kebun yang perna dilakukan di SD ini, 5 media cetak mengirip wartawan untuk meliput kegiatan gardening. Radar Surabaya, 3 Desember 2004, menulis dengan judul , “Terong di benak Anak-anak”. Surabaya Post, 2 Desember 2004 menulis dengan judul, “Pesta Terung di SD Al Hikmah”. Jawa Pos, 3 Desember 2004 menulis dengan judul, “Panen Terong Dimasak Bersama”. Majalah Mentari edisi 254, Desember 2004, menulis berita dengan judul, “Panen Terung dan Dimasak di SD Al Hikmah Surabaya”.
            Dan Majalah khusus tanaman dan hewan, Agrobis, edisi 605, 1 Januari 2005 menulis dengan judul, “Kenalkan Tabulampot  Sejak SD”. Tabloid ini mengawali tulisan : Perilaku cinta lingkungan dan kedisiplinan dalam merawat keindahan lingkungan telah ditanamkan sejak usia dini pada seluruh siswa SD Al Hikmah Surabaya. Sosialisasi Children’s Garden yang telah diluncurkan setahun yang lalu (2004) ternyata membawa hasil yang cukup membanggakan. Pengenalan aneka jenis tanaman sayuran pada sekitar 1030 siswa kelas 1 sampai kelas V SD Al Hikmah Surabaya  itu, mampu memberikan dampak positif terhadap siswa-siswi yang merespon gembira program pelajaran yang merupakan aplikasi dari pembelajaran (Agrobis edisi 605, 1 januari 2005).

KESIMPULAN

         Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: Pertama, karakter kejujuran, kepedulian sosialsiswa dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran IPS pada materi pokok jual beli.  Hal ini tampak dari  banyaknya siswa yang bersedia menyumbangkan hasil jual beli pada kegiatan business day untuk korban lumpur Lapindo Sidoarjo.
Kedua, wawasan entrepreneurship (kewirausahaan), karakter percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, komunikasi, kerja keras, dan kejujuran siswa mulai tumbuh. Hal ini terlihat dari  kemampuan merencanakan dan melaksanakan program business day yang berwawasan entrepreneurship.  Siswa dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis, menata dan mengemas dagangan mereka, dan menawarkan/ mempromosikan  dagangannya, serta cara komunikasi yang baik pada calon pembeli. Akhirnya dengan bekal di atas siswa diharapkan dapat menjadi mengusaha sukses dan terhindar dari kemiskinan.
            Ketiga, pendidikan karakter dalam non bidang studi antara lain; membimbing sholat. Dalam kegiatan ini, siswa ditanamkan keyakinan bahwa merasa ada yang mengawasi dalam setiap tindak tanduknya sehinga mereka berkarakter jujur. Dengan keyakinan tersebut tentunya bahaya laten korupsi dengan sendirinya terkikis habis.
Keempat, Pada monitoring buku penghubung yang meliputi aspek ibadah, sosial dan kemandirian. Dari ketiga aspek  ini,  diharapkan   terbina kerukunan antar siswa dan akhirnya  tidak terjadi terjadi tawuran antar pelajar. Demikian juga infaq siswa, dengan kegiatan ini diharapkan timbul hal yang sama, karena dengan infaq dapat menghilangkan kesenjangan antara si miskin dan kaya.  
Kelima, pembinaan karakter di awal dan akhir pelajaran serta gardening. Dari kedua kegiatan ini di harapkan tumbuh generasi yang berjiwa entrepreneurship yang memiliki ketangguhan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri dan siap hidup di jamannya. Akhirnya problem kemiskinan dengan sendirinya terhindar dari generasi muda kita.

DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Sri. Dkk., (2001). Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Kehidupan dan      Alam Pekerjaan (Laporan Penelitian). Bandung: Lembaga Penelitian UPI.
Tim Depdiknas ,2005,  Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS SD,  Jakarta
Tim YLPIH,  2011, Buku Penghubung Student Monitoring Book,  Surabaya












BIODATA PESERTA


  1. Nama Lengkap                                    :  Drs. Mochamad Taufik
  2. NIP                                          :   --
  3. NUPTK                                    :  6059 7466 4720 0003
  4. Jabatan                                                :  Guru SD
  5. Pangkat/Gol. Ruang                 :   --
  6. Tempat Tanggal Lahir             :   Pasuruan, 27 Juli 1968
  7. Jenis Kelamin                          :   Laki-laki
  8. Agama                                     :   Islam
  9. Mata Pelajaran yang ajarkan    :   Guru Kelas (IPA, IPS, PKn, B.Indonesia)
  10. Masa Kerja Guru                     :   No. 039/SK-GTY/ YLPIH/ 1993   (18 Tahun)
  11. Judul Karya Tulis Ilmiah         :
PERAN GURU DALAM MEMBERANTAS KORUPSI, KEMISKINAN, DAN KEKERASAN PELAJAR MELALUI SEKOLAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
(SEBUAH STUDI EMPIRIK DI SEKOLAH PENYANDANG BEST PRACTICE
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA)

  1. Pendidikan Terakhir                :    S-1
  2. Fakultas/ Jurusan                     :    Pendidikan MIPA/ Pendidikan Kimia
  3. Status Perkawinan                    :    Kawin
  4. Sekolah                                                :
a.      Nama Sekolah             : SD BI Al Hikmah Surabaya
b.      Jalan                : Gayung Kebonsari Tengah 10  Sby
c.       Kelurahan        : Gayungan
d.      Kecamatan       : Gayungan
e.       Kab/ Kota        : Surabaya
f.       Propinsi           : Jawa Timur
g.       Telpon             : 031-8299095
  1. Alamat Rumah             :
a.       Jalan                  : Sawunggaling Timur III RT 23 RW 05
b.      Kelurahan/Desa  : Jemundo
c.       Kecamatan         : Taman
d.      Kabupaten         : Sidoarjo
e.       Propinsi             : Jawa Timur
f.       Telpon               : 031-71374846

  1. egiatan Peningkatan Profesional Yang diikuti  :
  2. Kegiatan Lomba Guru yang Pernah  diikuti     : 
*      2 kali Finalis peneliti muda program UNESCO dan LIPI untuk  memperebutkan Piagam MAB  (Man and the Biosphere) Tingkat Nasional tahun 2003 dan 2005.
*      Finalis  LKIG LIPI Tingkat Nasional Tahun 2006.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar