Rabu, 04 Februari 2015

Pembelajaran Tematik Berwawasan Maritim....


PEMBELAJARAN TEMATIK BERWAWASAN MARITIM UPAYA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA *)

*) Karya Juara Hrp 1 : Lomba LKT Darma Samudera 2015 Tingkat Nasional

 

BAB I

PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Seiring dengan arah kebijakan pembangunan Indonesia saat ini, dimana kelautan menjadi faktor yang sangat penting dalam mendukung pembangunan khususnya dari sektor ekonomi, maka kini sudah saatnya bagi bangsa Indonesia untuk merubah paradigmanya dari “Land Based Socio-Economic” menjadi “Marine Based Socio-Economic”.
Indonesia masih berorientasi pada daratan, seharusnya dengan visi kemaritimannya, Indonesia diharapkan mampu berperan penting bagi maritim dunia. Indonesia sudah sesuai geopolitik, geostrategis, dan geografinya sebagai negara kepulauan untuk menjadi poros maritim dunia. Negara ini memiliki empat titik strategis yang dilalui 40% kapal-kapal perdagangan dunia yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar yang bisa memberikan peluang besar untuk memfasilitasi Indonesia menjadi pusat industri perdagangan serta pelayaran maritim dunia.
Potensi Indonesia yang besar tersebut, mulai dari sumber daya alam hingga letaknya yang strategis disebut Son Diamar sebagai Negeri Maha Kaya. "Tetapi, penduduk miskin Indonesia masih belum berkurang. Tentu ada kesalahan. Ekonomi Indonesia masih terjajah. Berbagai sektor masih sebagan besar dikuasai oleh asing. Seperti sektor perkebunan, hasil laut, pertambangan, bank swasta, pelayaran, penerbangan, dan telekomunikasi.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang wawasan kemaritiman bangsa Indonesia khususnya bagi para generasi penerus bangsa diperlukan adanya kesamaan persepsi tentang konstelasi geografi negara Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan atau pemahaman tentang archipelagic oriented. Sudah saatnya bangsa Indonesia memandang laut sebagai sarana dan wahana untuk mewujudkan satu kesatuan wilayah negara dalam arti politik, hukum, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan serta merupakan salah satu medan juang dalam upaya pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia (Marsetio, 2014).
Disamping itu hadirnya pemimpin baru yang memiliki wawasan maritim dan bertekad menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah sebuah modal peluang sekaligus tantangan untuk dapat mengembalikan kejayaan maritim bangsa ini. Karenanya, tugas berat ini harus didukung bersama-sama, dimana dengan keterlibatan aktif semua pihak, diharapkan bangsa ini akan kembali menjadi bangsa maritim yang besar, kuat, makmur dan sejahtera serta disegani oleh negara-negara lain di dunia. Bangsa yang akan menjadi kiblat kesuksesan maritim, seperti yang dicanangkan oleh Presiden RI saat ini, yakni menjadi poros maritim dunia, harap Kasal, Laksamana TNI Dr. Marsetio (Marsetio, 2/11/2014).
Untuk dapat menjadi masyarakat “agro-bahari” sejati yang maju dan kuat, SDM Indonesia tentu harus menguasai dan memanfaatkan laut dan kekayaannya secara cerdas dan bijaksana untuk tidak mengulang kekekliruan matra darat yang nyaris “dihabisi”. Demikian juga eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut sebagian besar masih dikuasai oleh tenaga ahli asing. Oleh karena itu, penelitian, pendidikan, dan pengembangan kelautan perlu menjadi kesadaran kita bersama. Demikian juga pendidikan kemaritiman perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
Kembali lagi, bahwa pembinaan SDM merupakan kunci guna mempertahankan eksistensi dan meningkatkan kinerja, dilaksanakan melalui serangkaian program pendidikan dan pelatihan. Implementasi program edukasi dan pelatihan yang berkesinambungan diharapkan dapat memantapkan upaya-upaya pembentukan modal manusia atau SDM yang unggul dan bermanfaat. Menyadari pentingnya melestarikan dan menggelorakan jiwa dan semangat bahari, termasuk di dalamnya pemahaman terhadap potensi kelautan Indonesia, pemanfaatan, dan pelestariannya, perlu dirancang program ‘rindu bahari’ dengan target kalangan generasi muda,  serta program kebaharian lainnya dengan target kalangan masyarakat luas.
Oleh karena itu informasi publik tentang potensi maritim NKRI yang besar perlu digalakkan, baik melalui seminar, lomba, festifal, talk-swow di media, dan utamanya melalui jalur pendidikan.  Mengingat jalur pendidikan merupakan jalur yang paling efektif dan efisien dalam menciptakan generasi muda yang handal dan dapat meneruskan cita-cita yang luhur ini.
Pengertian, tanggung jawab, dan penerapan gerakan maritimisasi dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Baik pendidikan formal, non formal maupun informal, mulai dari pendidikan TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Akhirnya akan menjadi norma dan budaya bangsa dalam ikut serta menerapkan gerakan tersebut.
Untuk mengetahui sejauh mana upaya pentingnya gerakan maritimisasi dan mengoptimalkan potensi bahari NKRI pada sekolah dasar (elementary school)  melalui pembelajaran tematik maka dilakukan penelitian ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah-masalah pokok di dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.    Bagaimana upaya elementary school  dalam mendidik generasi muda berwawasan maritim?
2.    Bagaimana upaya elementary school  dalam mengoptimalkan potensi bahari NKRI?
3.    Apakah pembelajaran tematik berwawasan maritim  dapat mengoptimalkan potensi bahari NKRI?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.    Untuk memperoleh informasi potensi dan kedala bahari NKRI.
2.    Untuk mengetahui upaya optimalisasi potensi bahari NKRI.
3.    Untuk mengetahui upaya elementary school  dalam mendidik generasi muda berwawasan maritim.
4.    Untuk mengetahui pembelajaran tematik berwawasan maritim dapat mengoptimalkan potensi bahari NKRI

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
a.    Sebagai ajang penuangan ide atau pemikiran.
b.    Sebagai ajang pemecahan terhadap masalah yang diteliti.
c.    Sebagai wujud kepedulian terhadap gerakan maritimisasi.

2. Bagi Lembaga Pendidikan
a.    Sebagai informasi tentang pentingnya penyadaran gerakan maritimisasi lewat  pendidikan dasar.
b.    Sebagai sumbangan pemikiran terhadap optimalisasi potensi bahari pada siswa sekolah dasar.





























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Potensi dan Kendala Bahari NKRI
Gambaran besarnya poteni bahari NKRI dapat dilihat dari luas wilayahnya yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Secara kewilayahan Indonesia memiliki luas wilayah yurisidiksi nasional ± 7,8 juta km² dengan dua pertiga wilayahnya adalah laut seluas ± 5,9 juta km², yang mencakup Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas ± 2,7 juta km² dan Laut Wilayah, Perairan Kepulauan serta Perairan Pedalaman seluas ± 3,2 juta km². Selain itu memiliki panjang garis pantai ± 81.000 km, serta memiliki 17.499 pulau yang terdiri atas 5.698 pulau bernama dan 11.801 pulau tidak/belum bernama. Status Indonesia sebagai negara kepulauan diperoleh melalui perjuangan diplomasi yang panjang dan status ini telah diakui dunia sejak Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Hukum Laut Internasional atau the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982). Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan menerbitkan Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985 (Marsetio, 2014).
LUAS lautan dibandingkan luas daratan di dunia mencapai kurang lebih 70 berbanding 30, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara di dunia yang memiliki kepentingan laut untuk memajukan maritimnya. Seiring perkembangan lingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta dominan dalam mengantar  kemajuan suatu negara.
Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan.
Potensi lestari sumber daya ikan laut sekitar 6,4 juta ton/tahun atau 7,5 persen dari total potensi lestari ikan laut dunia, yang terdiri dari 4,5 juta ton dari perairan nusantara dan 2,1 juta ton dari perairan ZEE, saat ini tingkat pemanfaatannya baru 4,4 juta ton. Masih ada peluang mengembangkan usaha perikanan tangkap di daerah-daerah seperti pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT sampai ke ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) di Samudra Hindia; Teluk Tomini; Laut Sulawesi; Laut Banda; dan ZEEI di Samudra Pasifik. Potensi produksi SDI usaha perikanan budidaya jauh lebih besar ketimbang perikanan tangkap, sekitar 58 juta ton per tahun, dan baru diproduksi sebesar 1,6 juta ton (0,3 persen).
Fakta ini menunjukkan bahwa masih sangat besar potensi ikan yang belum tergarap, bahkan akhirnya sering dicuri oleh nelayan tetangga. Pemanfaatan budidaya perikanan pantai Indonesia pun baru memanfaatkan sekitar 38% dari potensi yang ada. Padahal, Indonesia memiliki perairan pantai yang dapat digunakan untuk budidaya laut (perikanan) seluas 18.700 ribu hektar dengan perkiraan hasil produksinya sebanyak 5 juta ton/tahun. 
Tentu saja potensi laut bukan hanya berupa ikan konsumsi dengan segala jenisnya, seperti yang telah dijelaskan di awal, tetapi masih banyak peluang ekonomi lain yang dapat dieksploitasi dari ikan hias, wisata bahari, rumput laut, termasuk mutiara yang dapat dikembangkan pada wilayah laut tertentu. Khusus untuk rumput laut misalnya, untuk jenis E. Cottoni kebutuhan dunia mencapai 50.000 ton/tahun, tetapi baru dipenuhi sekitar 42.000 ton dengan komposisi eksport dari Indonesia hanya 6.000 ton. Sedangkan untuk jenis Gracillaria dunia membutuhkan 9.000 ton, sedangkan Indonesia baru andil 1.500 ton. Bahkan mengejutkan ketika melihat realita bahwa Filipina ternyata menguasai pasaran dunia rumput laut, sedangkan Indonesia yang memiliki laut yang lebih luas ternyata hanya berada di urutan kedua.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai dengan belum dikelolanya potensi maritim Indonesia secara maksimal. Dengan beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain industri bioteknologi kelautan, perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Kendala utama di sektor kelautan dan perikanan adalah kemiskinan nelayan sebagai pelaku utamanya-65 persen nelayan hidup miskin-begitu pula pembudidaya perikanan tradisional. Terjadi overfishing (tangkap lebih) di beberapa wilayah, kerusakan lingkungan, illegal fishing (penangkapan ikan secara ilegal) terutama oleh kapal asing yang menyebabkan kerugian negara 4 miliar dollar AS per tahun serta kurangnya penanganan dan pengolahan hasil perikanan.
Belum lagi tantangan global yang kini harus dihadapi seiring liberalisasi perdagangan dunia, ketatnya persaingan produk perikanan di masa datang yang menuntut ketersediaan produk secara teratur dan sinambung, kualitas yang baik dan seragam, serta tersedia secara massal, dan memenuhi standar kelestarian lingkungan. Ini sebuah kerja besar. Bukan mustahil untuk diwujudkan, sepanjang ada kesungguhan dan tidak berhenti hanya pada jargon (Elly Rosita).
Eksploitasi sumber daya laut di kawasan perbatasan merupakan permasalahan klasik dan akan terus terjadi. Hal ini akan bertambah buruk dan dapat menjadi konflik bila tidak ditangani dengan serius oleh Pemerintah, utamanya tentu yang terjadi di kawasan perbatasan.
Pulau terluar bisa hilang secara sosiologis. Hal ini biasanya diawali oleh praktek ekonomi masyarakat di pulau tersebut, yang diikuti dengan interaksi sosial (perkawinan) dari generasi ke generasi, sehingga terjadilah perubahan struktur ekonomi maupun struktur populasi penduduk di pulau tersebut. Pulau Marore dan Pulau Miangas di kepulauan Sangir Talaud merupakan lepasnya pulau ini karena faktor di atas (Marsetio, 2014).

B. Upaya Optimalisasi Potensi Bahari NKRI
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu keunggulan yang dimiliki Indonesia adalah kelautan. Sangatlah penting bagi kita untuk mengutamakan kebijakan yang berbasis kelautan. Salah satu tawaran saya adalah mentradisikan hobi makan ikan laut, lengkap dengan berbagai pengembangan diversifikasi pengolahan ikan laut, persis dengan yang dikembangkan oleh masyarakat Jepang. Eksploitasi hasil laut (ikan, rumput laut, serta berbagai kekayaan lain di dalamnya) dimanfaatkan terutama untuk memenuhi gizi di dalam negeri. Target produksi berlebih baru diproyeksikan bagi komoditi eksport. Kebijakan konsumsi produk kelautan ini dimaksudkan sebagai proses diversifikasi pangan tak hanya beras, tetapi juga untuk meningkatkan gizi masyarakat dan memanfaatkannya secara optimal (Jerryindrawan, ..)
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa kekayaan alam khususnya laut di Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh pihak asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal dan mementingkan kepentingan sendiri.
Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa menjaga dan mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di Indonesia. Untuk mengolah sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi teknologi dan pendanaan yang berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa memberi keuntungan ekonomi bagi negara dan juga bagi masyarakat. Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim, yaitu posisi dan kondisi geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter penduduk, serta yang paling penting adalah karakter pemerintahannya.
Selain perbaikan dan perhatian khusus yang diberikan dalam bidang teknologi untuk mengelola sumber daya alam di laut Indonesia, diperlukan juga sebuah pengembangan pelabuhan dan transportasi laut untuk mendorong kegiatan maritim Indonesia menjadi lebih modern dan mudah digunakan oleh masyarakat. Diharapkan juga peran swasta untuk mendukung jalannya pemberdayaan laut ini, supaya program-program ini tidak hanya bergantung pada dana APBN saja.
Dari sisi pertahanan, penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan menggunakan potensi laut yang kita miliki. Pemerintah perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah laut agar dapat memberikan memberikan kepastian atas batas wilayah negara dan dapat mempererat hubungan bilateral antara negara yang berbatasan, serta mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan di berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan kawasan perbatasan, misal  terkait pelayaran, kelautan dan perikanan.
Berbagai upaya lainnya perlu dilaksanakan untuk menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia, antara lain penyempurnaan RUU Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, penyelarasan sistem pendidikan dan pelatihan kemaritiman, penguasaan kapasitas industri pertahanan khususnya industri maritim, modernisasi armada perikanan, penguatan armada pelayaran rakyat dan pelayaran nasional, pemantapan pengelolaan pemanfaatan laut melalui penataan ruang wilayah laut, peningkatan litbang kemaritiman, dan diversifikasi sumber energi terbarukan di laut.
Hasil laut baik berupa ikan, rumput laut, mutiara, barang tambang, dan lain-lain. Belum banyak yang tergali dan dioptimalkan oleh bangsa Indonesia.Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan, namun hingga saat ini belum mendatangkan hasil sesuai yang diharapkan.
Bahkan saat ini, malah muncul kecenderungan meningkatnya aktivitas pemanfaatan yang mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan laut. Ekowisata pesisir dan laut merupakan bentuk pemanfaatan yang diyakini dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Diduga kuat bahwa pengembangan ekowisata pesisir dan laut yang dilakukan selama ini belum berhasil dengan baik karena belum dipertimbangkan atau diintegrasikannya berbagai komponen pengelolaan yang terkait dengan kegiatan ekowisata. Komponen yang sering terabaikan atau luput dalam pengembangan ekowisata pesisir dan laut, antara lain, adalah kondisi ekosistem pesisir dan laut, sosial ekonomi masyarakat, kelembagaan masyarakat, dan sarana wilayah.
Menjadi poros maritim dunia, itulah impian Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Namun, untuk memiliki kekuatan kemaritiman, Indonesia perlu menghadapi tantangan-tantangan. Berbagai potensi dan persoalan telah berada di depan mata untuk mewujudkannya. Untuk merumuskan pendapat akademik dalam persoalan kemaritiman tersebut.
Forum Guru Besar (FGB) ITB mengadakan diskusi kelompok terarah yang diadakan pada Jumat (31/10/14) di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB mengundang Dr. Ir. Son Diamar (Anggota Dewan Kelautan Indonesia).Ada lima pilar pembangunan maritim untuk dikembangkan. Pertama, membangun SDM, budaya, dan iptek kelautan unggulan dunia. Kedua, mengembangkan ekonomi perikanan, pariwisata, ESDM, pelayaran, dan konstruksi kelautan. Ketiga, mengelola wilayah laut, menata ruang terintegrasi darat, dan laut serta mengembangkan kota-kota 'bandar dunia' menggunakan prinsip berkelanjutan. Keempat, pembangunan sistem pertahanan dan keamanan berbasis geografi negara kepulauan. Kemudian yang terakhir, kelima adalah mengembangkan sistem hukum kelautan.
Kelima pilar di atas, khususnya pilar pertama dan kedua,  sejalan dengan pendapaat Kasal. Melihat dari kondisi kemampuan bangsa Indonesia sebagai negara berkembang, pencapaian terwujudnya kekuatan ideal belum memungkinkan dalam waktu dekat, solusinya adalah mewujudkan Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Hankamrata) di laut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara membangun “gerakan maritimisasi” Ipoleksosbud yang berorientasi dan berbasis laut. Ini adalah bahasa sederhana dari sebuah gerakan mendayagunakan potensi laut secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan.
Hal ini penting untuk ditindaklanjuti dan dipertimbangkan lebih jauh. Patut diingat bahwa bangsa-bangsa besar dalam sejarah adalah bangsa yang menguasai samudera seperti Inggris, Belanda dan Portugal, yang datang menguasai Timur Jauh, semuanya melalui laut. Dalam sejarah kita, Majapahit, sebuah kerajaan Nusantara pernah menguasai Samudera Hindia hingga ke Madagaskar. (Berita Dinas Penerangan AL, 2/11’14)

Program Sentra Bahasa Ibu Upaya Meningkatkan Penguasaan Bahasa Siswa B-3 TK


BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-Kanak (TK) Al Falah yang terletak di jalan siak no 2 Surabaya adalah Taman bermain sambil belajar. Belajar seraya bermain yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorentasi pada tahap berpikir dan perkembangan usia. Dengan tehnik pembelajaran yang mempertimbangan kebutuhan dan aspek psikologis anak.
Taman Kanak-Kanak (TK) Al Falah Surabaya salah satu taman bermain yang menerima anak didik minimal usia 3 tahun 6 bulan. Adapun kelas belajarnya, terdiri dari kelompok A1, A2, A3 dan B1, B2, B3. Waktu belajarnya pagi pukul 7.00 sampai 12.00 siang.
Kelompok B3 adalah kelas yang siswanya berjumlah 22 dengan gambaran kemampuan siswa yang beragam, baik dari segi kognisi, afeksi dan psikomotor. 50 persen anak didik B3 adalah anak yang usianya masih mudah sehingga kematangan  kemampuan bahasa  berbicara masih perlu bimbingan dan rangsangan.
Keadaan siswa B3 sebagian besar siswanya aktif, pemberani, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sehingga diperlukan strategi pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti selaku pengajar mengumpulkan data beserta guru kelas B3, bekerjasama dalam mengatasi masalah tersebut diatas dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran. Pantauan-pantauan yang di tindak lanjuti dengan komunikasi dan sosialisasi pada wali murid dengan mencari data siswa saat program berkunjung ke rumah.
Dari data yang di dapat peneliti garis bawahi, bahwa anak didik B3 mayoritas memiliki kekurangan rangsangan yang tepat, pembiasaan dan latihan pada kemampuan berbicara di rumah. Hal ini karena orang tua yang sibuk atau pembantu yang tidak mengetahui pola perkembangan berbicara anak.
Dengan kejujuran, keterbukaan dan kemauan dalam meningkatkan keberhasilan mengajar. Pengajar sekaligus peneliti dengan dasar data praduga mencoba langkah proses pembelajaran bahasa kemampuan berbicara. Melalui langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang terkenal dengan sebutan PTK yang dilakukan secara berkesinambungan selama 5 bulan. Dari bulan Januari tahun 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.
Berawal dari masalah kurang lancarnya berbicara karena keterbatasan dan kurangnya rangsangan. Peneliti sekaligus pengajar membuat karya ini dengan judul Upaya Meningkatkan kemampuan Berbicara Siswa B-3 TK dengan Tehnik Pemainan Kelompok.  
                                                                                                       
B. Rumusan Masalah       
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana  meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelompok B3 Taman     Kanak-Kanak Al Falah Surabaya?
2.    Apakah melalui tehnik permainan kelompok dapat mencapai hasil belajar kemampuan bahasa berbicara pada siswa kelompok B3 Taman Kanak-Kanak Al Falah Surabaya?
3.    Apakah ada kendala yang di alami siswa dalam permainan kelompok ini?

C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
  1. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelompok B3 Taman Kanak-Kanak Al Falah Surabaya.
  2. Untuk mencapai hasil pembelajaran  kemampuan bahasa, utamanya berbicara melalui permainan kelompok.
  3. Untuk mengetahui kelemahan dan keberhasilan tehnik permainan kelompok.
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
  1. Untuk memacu inovasi guru dalam proses pembelajaran.
  2. Untuk meningkatkan kreatifitas guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien.
  3. Sebagai terobosan dalam mengembangkan dan mencapai keberhasilan pembelajaran Bahasa  kemampuan berbicara secara optimal.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Kurikulum  Berbasis Kelas (KBK) 2006 TK
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang di bakukan, dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kurikulum dilaksanakan dalam rangkah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik pisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, kognitif, bahasa, fisik motorik dan seni untuk memasuki jenjang pendidikan dasar. Untuk memudahkan guru dalam menyusun program pembelajaran dan pelaksanaannya ke 5 aspek perkembangan diberikan pada anak melalui pengalaman belajar  sehari-hari.
Standar kompetensi di Taman Kanak-Kanak adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan pada masing-masing aspek perkembangan.

B. Pengembangan Bahasa TK
Tujuan Pengembangan kemampuan bahasa di taman kanak-kanak adalah agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia.
Standar kompetensi kemampuan bahasa di Taman Kanak-Kanak adalah Anak mampu mendengarkan berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal symbol- symbol    terdapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan pada masing-masing aspek perkembangan.

C. Pengertian Bahasa
Dalam arti luas: Bahasa ialah alat yang dipakai manusia untuk memberi bentuk kepada sesuatu yang hidup di jiwanya, sehingga diketahui orang. Jadi disini
termasuk juga mimiek (gerak muka), pantho mimiek (gerak anggota), dan menggambar.
Dalam arti umum : Bahasa ialah pernyataan perasaan jiwa dengan kata yang diisikan atau ditulis.
Apakah penguasaan bahasa? Mengerti apa yang dikatakan orang lain dan mempergunakan sendiri bahasa itu disebut menguasai bahasa. Orang yang telah menguasai sesuatu bahasa dengan baik dikatakan orang itu mempunyai penguasan bahasa yang baik.
Hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi dan belajar sastra. Maksudnya adalah bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi baik secara  lisan maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.

D.  Macam – macam Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa itu ada dua macam, yaitu (1) penguasaan bahasa pasif : mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya, dan (2) penguasaan bahasa aktif: dapat menyatakan isi hati sendiri kepada orang lain.
Dalam pengajaran bahasa di sekolah, penguasaan bahasa itu dapat dibagi seperti bagan berikut :

 Menurut Lerner (1982) juga menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman itu akan menunjang factor-faktor bahasa yang lain yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Mendengar dan membaca termasuk kemampuan berbahasa yang menerima atau reseptif. Sedangkan berbicara dan menulis merupakan kemampuan yang ekspresif.

E.  Perbendaharaan Bahasa dan Tujuan Pengajaran Bahasa
Tujuan terpenting ialah mebentuk pengertian; yang berarti: mengajarkan perkataan-perkataan baru dengan artinya sekaligus kepada anak – anak. Oleh karena itu, pada saat anak belajar membaca permulaan, jangan mulai dari menghafal huruf, tetapi mulai dari pola kalimat sederhana dan lembaga kata. Biasakan anak untuk mendengar, membaca, dan menuliskan yang mempunyai arti ganda.
Sekalian perkataan yang diketahui artinya oleh anak – anak dikatakan: perbendaharaan bahasa. Perbendaharan bahasa itu bertambah terus menerus pada anak-anak ataupun orang dewasa. Penambahan perbendaharaan bahasa ini telah dimulai sejak kelas I, pada saat anak telah dapat menuliskan apa yang telah didengarnya. Contoh: Mulai dari huruf a;  abu, aku, anak, asik, aci, acar, api, dan seterusnya.
Dalam menambah perbendaharaan bahasa anak-anak ini, yang paling penting bukanlah isi dan arti, melainkan bentuk bahasa itu; meskipun sesungguhnya isi dan bentuk itu sukar diceraikan, karena bentuk itu menentukan isi. Jadi: Tujuan pengajaran bahasa ialah:
a.    Belajar memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan teliti, jadi menangkap bahasa: mendengarkan dan membaca
b.    Menyatakan pikiran dan perasaan sendiri dengan teliti, atau mempergunakan bahasa: berbicara/bercakap cakap dan menulis (dalam arti mengarang).

F. Kemampuan Berbicara
Kemampuan Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Yang dimaksud ucapan adalah seluruh kegiatan yang kita lakukan dalam memproduksi bunyi bahasa, yang meliputi artikulasi, yaitu bagaimana posisi alat bicara seperti gigi, lidah dan langit-langit pada waktu membentuk bunyi baik vocal maupun konsonan.
Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling mendasar yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Macam-macam berbicara: Pertama, bicara satu lawan(percakapan). Kedua, berbicara di muka umum seperti bercerita, berpidato dll. Ketiga, berbicara sendiri seperti penyiar TV dll. 
Faktor-faktor berbahasa sebagai penunjang keefektifan berbicara diantaranya adalah: (1) ketepatan ucapan, (2) menempatan tekanan, (3) nada, (4) sendi dan durasi yang sesuai, (5) pilihan kata (diksi), (6) ketepatan sasaran berbicara
            Faktor-faktor Non kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara diantaranya adalah: (1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) pandangan searah dengan lawan bicara,  (3) gerak gerik dan mimik yang tepat, (4) kenyaringan suara, (5) kelancaran berbicara, (6) penguasaan topik bicara , (7) relevansi pembicaraan
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi guna menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan dan perasaan pada orang lain. Berbicara dihadapan orang lain suatu keberanian yang  membutuhkan kematangan pisik dan psikis, kekuatan mental dan rasa percaya diri yang tinggi.

G. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif) adalah Pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berkerja sama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan atau memecakan tugas yang diberikan. Jadi setiap individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaraan kooperatif tidak hanya membantu siswa untuk meyelesaikan tugas bersama, namun juga melatih siswa berinteraksi sosial. Penbelajaran Kooperatif salah satu model pembelajaran yang lebih tepat untuk tercapainya motivasi belajar siswa dan ketuntasan tujuan yang diharapkan. Guru berperan mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan hubungan intrapersonal
Model-model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:
a.    Student Team Achievenment Divisions (STAD)
b.    Teams Games Tournaments (TGT)
c.    Team Assisted Individualization (TAI)
d.    Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
e.    Jigsaw
f.     Learnig Together (belajar bersama)
g.    Group Investigation (Penelitian kelompok)
h.    Cooperatif Skript (Bergantian sebagai pembicara dan pendengar).

H.  Metode Konstruktivistik
Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997) mengajar adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan membiarkannya berpikir sendiri. Jadi guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik.
Sebagai implikasi konstruktivistik terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, tugas guru adalah membantu siswa agar mampu mengkontruksi pengetahuannya. Menurut Hudojo (1998) guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut:
1.    Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah  dimiliki siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan;
2.    Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret;
3.    Mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau lingkungannya;
4.    Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis;
5.    Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga belajar bahasa Indonesia menjadi menarik.
Kebermaknaan materi bahasa Indonesia yang dipelajari dapat membangun suatu konsep bahasa secara lebih dalam.

I.  Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia TK. Upaya- upaya yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan materi yang menarik. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk mengeksplorasi imajinasi dan kemampuan kreatifitas, mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi anak.

J. Permainan
Diantara  bentuk pengajaran kelompok yang tidak membosankan adalah tehnik permainan. Permainan adalah Salah satu jenis metode pembelajaran, yang menyenangkan, ekonomis, dan praktis dalam pelaksanaannya. Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang sangat penting utamanya dalam menstimulasi kecerdasan anak.
Ragam permainan diantaranya permainan eksploratif, permainan fungsional, permainan kontruktif, permainan energik, permainan ketrampilan, permainan sosial, dan permainan pura-pura.
Dengan tehnik permainan berkelompok anak belajar saling menerima dan memberi, mengerti peraturan dan konsep moral, memberi kesenangan dan informasi serta mengembangkan imajinasi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.

A.      Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1.   Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Taman Kanak-Kanak Al Falah yang berada di jalan siak no 2 Surabaya kelompok B3 tahun pelajaran 2010/2011.
2.   Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari semester gasal 2010/2011.
3.   Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelompok B3 pada pokok bahasan dapat berkomunikasi atau berbicara secara lisan.

B.      Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
            Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
 












Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:
  1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
  2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran  model discovery .
  3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
  4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
            Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan evaluasi diri (recalling) di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Kurikulum
               Yaitu  seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan, dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah.
2.   Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
3.   Rencana Perangkat Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
                    
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Tema                          : Rekreasi
Kelompok                  : B
Semester                   : II (Kedua)
Tahun Pelajaran      : 2010/2011
Standar kompetensi          :
Tercapainya tugas-tugas perkembangan secara   optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan pada masing-masing aspek perkembangan.
Kompetensi Dasar:           
Anak mampu mendengarkan berkomunikasi secara   lisan, memiliki
perbendaharaan kata dan mengenal symbol- symbol yang melambangkannya.
Indikator :
§  Mendengarkan teman berbicara.
§  Menceritakan pengalaman sederhana.
§  Mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita.
§  Mengenal nama-nama hari.
§  Mampu mengurus diri sendiri.
§  Mengkomunikasikan gagasan dengan gerak.
Tujuan Pembelajaran:
·         Mandiri dalam bermain aku dengar aku bicara.
o   Menghargai  teman yang berbicara.
o   Bercerita tentang pengalaman yang dialami.
o   Menceritakan kembali cerita yang didengar.
o   Berani menjawab pertanyaan sederhana.
Materi pembelajaran          : Kemampuan berbicara
Metode                                  : Permainan Kelompok
Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan 1 2 dan 3
Pembukaan(5 menit)
·         Basmalah dan sholawat.
·         Guru bertanya tentang kabar siswa.
·         Guru bertanya tentang hari tanggal bulan dan tahun.
·         Guru bertanya tentang kegiatan atau pengalaman yang dialami siswa.

Inti (15menit)
·         Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa.
·         Guru menjelaskan aturan belajar.
·         Guru menggelompokkan siswa, Setiap kelompok terdiri dari 2-3 anak
·         Guru memantau dan mengarahkan jalannya pembelajaran.
·         Guru mengamati memotivasi dan mengevaluasi.

Penutup(5menit)
·      Guru menghargai keberhasilan siswa dalam proses berjalannya permainan.
·      Guru menyampaikan hasil pengamatannya pada siswa.
·      Guru bertanya pada siswa tentang apa yang didengarnya.
·      Guru menutup dengan hamdalah.

 Sumber dan Alat    : Buku cerita
 Penilaian                  : Penilaian Proses dan hasil

    4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.    Lembar observasi untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.    Lembar observasi aktivitas siswa, untuk mengamati aktivitas siswa  selama proses pembelajaran.

D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran yang di lakukan oleh guru dan observasi aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh baik secara proses maupun hasil pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa. Juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa recalling  pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: Untuk menilai proses dan hasil pembelajaran. Setiap pertemuan guru memberikan penilaian kepada setiap anak didik, dengan tujuan agar kita mengetahui kelemahan dan kekurangan selama kegiatan berlangsung. Sehingga guru dapat memperbaiki pada kegiatan selanjutnya.