Minggu, 01 Januari 2012

Melejitkan Kecerdasan Majemuk (Finalis LKIG'06-LIPI)

Karya Finalis LKIG'06- LIPI : 
Melejitkan Kecerdasan Majemuk pd Pembelajaran SDA & Melestarikannnya sbg Upaya Membangun Kepedulian Lingkungan Siswa SD

ABSTRAK

Untuk Membangun Kepedulian Kesehatan Anda klik : Alat Kesehatan

Kegiatan pembelajaran Sains menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menjadi pedoman pelaksanaan pendidikan saat ini, ditekankan pada pemberian pengalaman langsung. Siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar dan memahaminya.
Menurut Colin Rose (1999) mengatakan bahwa Howard Gardner dan para kolegannya di Universitas Hardvard telah menunjukkan, ketika orang melibatkan beberapa kecerdasan, kemampuannya meningkat pesat.
Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini : Pertama,  apakah pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengoptimalkan / melejitkan  kecerdasan majemuk ? Kedua, apakah pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengupayakan kepedulian lingkungan siswa SD ?
Hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa, dalam menjawab permasalah pertama, pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya pada siswa kelas 3  SD Al Hikmah Surabaya sebagai penerapan kurikulum berbasis kompetensi dapat melejitkan kecerdasan majemuk. Hal ini terlihat pengunaan metode yang  sesuai  dengan kecerdasan siswa.
Dalam menjawab permasalahan kedua, pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengupayakan kepedulian lingkungan siswa SD. Hal itu terlihat dari program pembelajaran children’s garden, membuat main maping, menulis cerita, berdiskusi dengan materi tentang problem lingkungan.


BAB I PENDAHULUAN

 A.   LATAR BELAKANG 
Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja  tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi  wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
Kegiatan pembelajaran Sains menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang menjadi pedoman pelaksanaan pendidikan saat ini, ditekankan pada pemberian pengalaman langsung. Siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar dan memahaminya.
Salah satu tujuan pembelajaran Sains di sekolah dasar menurut KBK yaitu  agar siswa ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
            Menurut Colin Rose (1999) mengatakan bahwa Howard Gardner dan para kolegannya di Universitas Hardvard telah menunjukkan, ketika orang melibatkan beberapa kecerdasan, kemampuannya meningkat pesat.
            Adapun di SD Al Hikmah Surabaya sejak tahun ajar 2005-2006 penetapkan kelas berdasarkan Muktiple Intelegence  (Kecerdasan Majemuk). Dari delapan kecerdasan disaring dan ditetapkan menjadi tiga kelas kecerdasan utama, diantaranya : pertama, kelas matematis, yang terdiri dari kecerdasan logis-matematis dan intrapersonal. Kedua, kelas linguistik, yang terdiri dari kecerdasan linguistik, interpersonal dan musikal. Ketiga, kelas kinestetik, yang terdiri dari kecerdasan kinestetik, spasial dan natural.
Untuk mendorong tercapainya keberhasilan dalam tujuan pembelajaran Sains di atas, maka penulis memiliki ide  mengaplikasikan pembelajaran sumber daya alam  untuk mengoptimalkan (melejitkan) kecerdasan majemuk. Ide tersebut penulis tuangkan dalam tulisan dengan judul “Melejitkan kecerdasan majemuk pada pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya sebagai upaya membangun kepedulian lingkungan siswa SD.”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang  di atas maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.       Apakah pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengoptimalkan / melejitkan  kecerdasan majemuk ?
2.       Apakah pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengupayakan kepedulian lingkungan siswa SD ?

C. BATASAN MASALAH
            Kegiatan belajar mengajar Sains yang diterapkan di SD Al Hikmah Surabaya melibatkan 1 pengajar dalam 3 kelas, tiap kelas rata-rata  terdiri dari 32 siswa. Materi pembelajaran yang diangkat adalah sumber daya alam dan cara melestarikannya. Siswa yang dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas 3 SD  yang melibatkan 3 kelas, yaitu kelas  logis matematis (3 D) ada 32 siswa, kelas kinestetik (3 B) ada 28 siswa dan kelas linguistik (3 E) ada 34 siswa.

D. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan karya tulis ini antara lain ::
1.   Penulis ingin mengoptimalkan (melejitkan) kecerdasan majemuk dalam pembelajaran  sumber daya alam dan cara melestarikannya pada siswa kelas 3 SD Al Hikmah Surabaya.
2.   Untuk membuktikan  pembelajaran sumber daya alam dan cara melestarikannya dapat mengupayakan kepedulian lingkungan siswa SD.

E. MANFAAT
1. Bagi Peneliti
a.       Sebagai ajang penuangan ide atau pemikiran.
b.      Sebagai ajang pemecahan terhadap masalah yang diteliti.
c.       Sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup.

2. Bagi Lembaga Pendidikan
a.       Sebagai informasi tentang pentingnya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap siswa.
b.      Sebagai informasi tentang pentingnya penyadaran peduli lingkungan hidup melalui pendidikan formal (Sains) dan sejak usia dini.
c.       Sebagai sumbangan pemikiran terhadap pendidikan lingkungan hidup pada siswa sekolah dasar.

 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KECERDASAN MAJEMUK
            Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University telah menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai banyak cara berbeda untuk menjadi pandai (cerdas). Dan setiap anak memiliki delapan kecerdasan (kecerdasan majemuk) dengan kadar berbeda-beda, yaitu : spasial (berfikir dalam citra dan gambar),  linguistik (berfikir dengan kata-kata),  interpersonal (berfikir lewat komunikasi dengan orang lain),  musikal (berfikir dalam irama dan melodi), naturalis (berfikir dalam acuan alam), badan-kinestetik (berfikir melalui sensasi dan gerakan fisik), intrapersonal (berfikir secara reflektif diri sendiri), logis-matematis (berpikir dengan penalaran). (Armstrong, 2002)
            Semua anak dapat mengembangkan setiap  kecerdasan tersebut  sampai tingkat kompetensi yang cukup tinggi. Namun, mereka tampak mulai menunjukkan perilaku yang di sebut Howard Gardner sebagai “kecenderungan” (inklinasi) terhadap kecerdasan tertentu sejak usia yang masih sangat muda. Saat menginjak usia sekolah, anak-anak mungkin telah mengembangkan cara belajar yang lebih banyak menggunakan salah satu kecerdasan dibanding kecerdasan yang lain. (Armstrong, 2004)
Salah satu cara yang baik untuk mengenali kecerdasan yang paling berkembang dari para siswa adalah dengan mengamati kenakalan mereka di kelas. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi akan sering menyela pembicaraan, siswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi akan suka mencorat-coret dan melamun,  siswa yang kecerdasan interpersonal tinggi akan suka mengobrol, dan siswa yang memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani tidak suka duduk diam, sedangkan siswa memiliki minat yang tinggi pada alam mungkin akan membawa binatang ke dalam kelas tanpa izin. Melalui kenakalan mereka, secara metaforis mereka berkata, ”Inilah cara saya belajar, Pak/Bu Guru, dan apabila Anda tidak mengajari saya melalui cara belajar saya yang paling alamiah, apa yang akan terjadi ? Bagaimanapun juga saya tetap akan melakukannya.” Kenakalan yang berkaitan dengan kecerdasan tertentu ini, kemudian menjadi semacam seruan minta tolong-indikator diagnostik tentang bagaimana seorang siswa seharusnya mendapatkan pengajaran. (Armstrong, 2004)
Teori Kecerdasan Majemuk (KM) membuka kemungkinan pada berbagai macam strategi pengajaran yang mudah diterapkan di kelas. Strategi-strategi ini biasanya adalah strategi yang digunakan oleh para guru yang baik selama beberapa dekade. Setiap siswa memiliki kecenderungan tertentu pada kedelapan kecerdasan. Oleh karena itu, setiap strategi mungkin akan berhasil pada sekelompok siswa, tetapi mungkin akan gagal jika diterapkan pada sekelompok siswa yang lain. (Armstrong, 2004)

B. SUMBER DAYA AlAM  DAN CARA MELESTARIKANNYA
1. Pengunaan Sumber Daya Alam
Bumi kita kaya akan sumber daya alam (SDA). Air , tumbuhan dan hewan termasuk sumber daya alam.
a.  Manfaat Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah. Bukankah perairan lebih luas dari daratan ? Di sumur, di sungai, di danau, di waduk, di rawa-rawa, di mata air, di dalam tanah, bahkan di laut terdapat banyak air. Tetapi air bisa menimbulkan persoalan bila kita tidak mengatur dengan baik, misalnya bencana banjir dll.
b. Manfaat Tumbuhan
Tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Allah menciptakan semua jenis tumbuhan itu untuk manusia, agar dapat  dimanfaat dan dipelihara jangan sampai  dirusak (digundul).  Jika tanah/hutan gundul, air sungai mengering sehingga air sulit didapat. Tanah menjadi gersang akhirnya tanaman sulit tumbuh. Apabila musim hujan tiba, dapat timbul bencana tanah longsor dan banjir. Contoh manfaat tumbuhan sebagai sumber makana antara lain  : Padi, jagung, bayam, kacang panjang, cabe, dll. 
c. Manfaat Hewan
Hewan yang hidup di Indonesia juga beraneka ragam, misalnya komodo, tapir, burung cendrawasih, badak, banteng, gajah, orang utan,  harimau dll.  Sayang, hampir semua jenis hewan tersebut sekarang hampir punah.
Pernahkah kamu menaiki kuda/unta/gajah ? Dalam hal itu berarti kamu memanfaatkan … dari sumber daya hewan. Pernahkah kamu rasahkan lezatnya daging ayam/kambing/cumi-cumi? Dalam hal itu kita memanfaatkan hewan sebagai …  .






2. Pelestarian Lingkungan
Lingkungan akan terjaga kelastariannya jika kita menjaga dan merawatnya dengan baik.  Contoh perilaku manusia peduli pada lingkungan misalnya,  melakukan penghijauan  pada tanah / hutan yang gundul, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan selokan agar air lancar mengalir.
Lingkungan akan hancur kelestariannya jika kita membiarkan bahkan merusaknya. Contoh perilaku manusia merusak pada lingkungan antara lain : menebangi/menggunduli  pohon di tanah / hutan. Membuang sampah sembarangan, misal  di jalan, di sungai, di selokan, di pantai, dll.  Menangkap ikan dengan racun. Membuang limbah pabrik ke dalam sungai. Menggunakan obat pembasmi hama secara berlebihan.


Penebangan hutan berarti juga mengurangi tempat resapan air, terjadi banjir, hewan punah, tanah longsor. Penangkapan ikan dengan bahan peledak berarti membunuh ikan kecil dan merusak terumbuh karang. Berburu hewan berarti … . Membuang sampah/limbah ke sungai/laut berarti ?  






C. KEPEDULIAN LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENDIDIKAN
Pandangan Islam dalam masalah sebab-sebab dan factor-faktor yang mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan, yang mengganggu keseimbangannya, serta berbaliknya nikmat dan rahmat menjadi becana bagi manusia. Masalah ini sangat jelas, bahwasanya tingkah-laku manusia yang menyimpang dari sunnah Allah merupakan sebab pertama di balik semua itu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagaian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).” (QS. Ar-Rum : 41) (Qaradhawi, 2001)
Berbagai masalah lingkungan yang dihadapi manusia di Bumi itu tidak terlampau sukar diidentifikasikan, bahkan tidak sulit dilakukan cara pemecahannya. Namun kenyataan membuktikan bahwa janji dan kesepakatan untuk melakukan tindakan guna memecahkan masalah lingkungan itu tak dapat terpenuhi. (Soewardiati, 1992 )
Pembaharuan yang paling manusiawi tak ada pilihan lain kecuali dengan pendidikan manusia pembina lingkungan. Ada tiga tempat yang tak dapat dipisahkan satu sama lain untuk melaksanakan pendidikan, termasuk lingkungan, yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.  (Soewardiati, 1992)
Rumah merupakan tempat pendidikan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak-anak. Di rumahlah si anak pertama kali mendapat pelajaran dan contoh mengenai berbagai perilaku, terutama dari ibu dan bapaknya.
Pendidikan kedua adalah di sekolah. Pendidikan lingkungan di sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bentuk kurikuler maupun esktrakurikuler. Pendidikan lingkungan juga dapat disisipkan pada mata pelajaran yang lain (Soewardiati, 1992). Di lingkungan pendidikan formal, titipan misi pelestarian lingkungan memang sudah di mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi. Misi ini, baik lewat pelajaran IPA, IPS, Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, maupun dalam bentuk mata kuliah seperti Ekosistem, Teknik Lingkungan, Kesehatan Lingkungan, Kimia lingkungan/ Pengetahuan Lingkungan telah dilakukan.
Tujuan pengajaran Sains di Sekolah Dasar dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disebutkan agar siswa ikut serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam, menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam,  dan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2005)

­­­BAB III PELAKSANAAN  KEGIATAN YANG DILAKUKAN

 A. Kondisi dan Suasana Sekolah
            Sekolah Dasar Al Hikmah terletak di wilayah  Surabaya Selatan, tempatnya di jalan Gayung Kebonsari Tengah nomer 10 Surabaya. SD Islam yang berdiri sejak tahun 1990 ini, menyandang juara teladan nasional  tahun 1996 pada lomba lingkungan sekolah sehat (LLSS).
            Pada tahun ajar 2005-2006 SD Al Hikmah menerapkan kelas KM (kecerdasan Majemuk) mulai dari jenjang kelas 3 sampai kelas 6. Dari delapan kecerdasan disaring dan ditetapkan menjadi tiga kecerdasan utama, diantaranya :
  • Kelas Matematis yang terdiri dari kecerdasan logis-matematis dan intrapersonal.
  • Kelas Linguistik yang terdiri dari kecerdasan linguistik, interpersonal, dan musikal.
  • Kelas Kinestetik yang terdiri dari kecerdasan kinestetik, spasial, dan natural.

Pengklasifikasian kecerdasan ini didasarkan pada adanya titik kesamaan dalam subtansi dari masing-masing kecerdasan. Penetapan ini bersifat sementara, artinya dalam perjalan waktu dan seiring dengan semakin mantapnya program sekolah, bisa jadi kedelapan kecerdasan dapat terlayani maksimal menjadi kelas tersendiri. (Majalah Al Hikmah, Agustus 2005)
            Pada penelitian kali ini penulis pilih jenjang kelas 3 karena penulis adalah pengajar Sains   kelas 3.  Berdasarkan hasil pengamatan tim Bimbingan Konseling SD Al Hikmah menetapkan :  Kelas 3 A, 3 D, dan 3 F adalah kelas matematis, kelas 3 B tergolong kelas kinestetik, kelas 3 C, dan 3 E tergolong kelas linguistik. Adapun yang menjadi focus penelitian adalah pada kelas 3 B untuk kategori kelas kinestetik, kelas 3 D yang mewakili kelas matematis, dan kelas 3 E yang mewakili kelas linguistik.

B. Kompetensi Dasar Sains Kelas 3 SD : Sumber Daya Alam dan cara Melestarikannya

            Kompetensi Sains di Sekolah Dasar menurut KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang harus dicapai meliputi  : (1) Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan p pada sikap ingin tahu, bertanya, dan bekerjasama.  (2) Mampu menerjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah. (3) Mampu memanfaatkan Sains dan merancang / membuat produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip Sains dan mampu mengelola lingkungan sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran/usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah. 
Kompetensi dasar untuk mata pelajaran Sains (IPA) di kelas 3 pada materi sumber daya alam dan cara melestarikannya : Mendiskripsikan cara manusia menggunakan sumber daya alam dan cara melestarikannya.
            Indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai antara lain : (1) Mengidentifikasi berbagai cara manusia menggunakan sumber daya alam, misalnya : air, tumbuhan dan hewan. (2) Mencari contoh tingkah laku yang menunjukkan kepedulian dan yang  merusak lingkungan, dan menjelaskan mengapa hal tersebut bermanfaat atau merusak.

C. Penyajian Program Pelajaran

          Penyajian program pembelajaran dijabarkan menjadi rencana mengajar harian yang disiapkan guru untuk membimbing siswa. Rencana mengajar harian yang dipakai standart pembelajaran di SD Al Hikmah dengan menggunakan 4 tahapan yaitu :  (1) apersepsi,  (2) penanaman konsep, (3) pemahaman konsep, (4) ketrampilan.

            Pada karya tulis ini,  persiapan mengajar harian yang digunakan adalah sebagai berikut : 

1. Apersepsi

  • Guru menunjukkan gambar-gambar lingkungan yang baik dan lingkungan yang buruk.
  • Siswa secara bergantian mengamati gambar tersebut.
  • Guru bertanya : Seandainya kalian adalah seorang  menteri lingkungan hidup/ gubenur/walikota/ Camat/lurah/guru/dll, bagaimana cara kalian mengatasi agar lingkungan tidak rusak ? (anak secara bergantian menjawab sesuai dengan peran yang diinginkan)
2. Penanaman Konsep
  • Setelah siswa menjawab sesuai dengan peran tersebut, guru mengajukan beberapa pertanyaan :
- Apakah sama antara gambar lingkungan yang baik dengan lingkungan yang
    buruk ?
- Apakah perbedaan antara gambar lingkungan yang baik dengan yang buruk ?
- Siapa yang menyebabkan lingkungan menjadi baik/buruk ?
  • Guru mengarahkan agar jawaban siswa, berfokus pada pengaruh manusia terhadap lingkungan.
  • Guru menjelaskan/menegaskan kembali bahwa :
-Lingkungan yang rusak dapat diperbarui.
-Hutan yang gundul  dapat ditanam kembali.
-Hewan yang hampir punah bisa dilindungi.
  • Guru mengkaitkan hal tersebut dengan  Sumber Daya Alam (SDA)
  • Guru menjelaskan tentang Sumber Daya Alam (SDA) ada yang dapat diperbarui dan ada yang tidak dapat diperbaruhi.
  • Guru menyuruh siswa untuk membuat tulisan/karangan/pengamatan tentang memelihara/ merawat tumbuhan / hewan.
  • Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil tulisannya/pengamatannya.
3. Pemahaman Konsep
  • Guru mengambil beberapa gambar tentang SDA  (gambar berbagai hewan, tumbuhan, dan aneka barang tambang) dan dibagikan kepada siswa.
  • Siswa secara berkelompok disuruh mengolongkan mana yang termasuk SDA yang dapat diperbarui dan mana yang tidak dapat diperbarui.
  • Guru bertanya kepada siswa secara bergantian contoh SDA yang dapat diperbarui dan mana yang tidak dapat diperbarui serta menjelaskan alasannya.
  • Guru menjelaskan tentang kerusakan lingkungan dan cara mengatasinya.
4. Tahap Ketrampilan 
  • Siswa membuat  mind mapping (peta pikiran) tentang SDA dan cara mengatasinya.
  • Guru menyuruh siswa untuk membuat tulisan/karangan/pengamatan tentang kerusakan lingkungan dan cara mengatasinya..
  • Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil tulisannya/pengamatannya.





Pembelajaran Sains Berbasis Karakter Upaya Mencetak Saintis Muda dan Handal

Pembelajaran Sains Berbasis Karakter Upaya Mencetak Sainstis Muda 
Oleh : Drs. H. Mochamad Taufik

ABSTRAKSI
 
Pelajar yang melakukan kecurangan dalam mengerjakan tes, baik tes evaluasi bulanan maupun tahunan tetap menjadi berita. Jumlah pelajar yang melakukan kecurangan apa pun bentuknya beberapa dekade terakhir ini berbanding terbalik dengan dekade awal-awal kemerdekaan. Surabaya, Surya Online - Pendidikan di Indonesia hanya melahirkan ahli atau “mafia” matematika, fisika, dan kimia, sehingga lulusan pendidikan di Indonesia tidak memiliki karakter.  Banyak keluhan masyarakat tentang menurunnya tatakrama, etika dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Padahal, ini telah menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktikkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Directur Pembinaan SMP, Kemendiknas, Didik Suhardi, kepada pers, jum’at (15/1).
Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini: Bagaimana upaya  membangun budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran Sains pada siswa sekolah dasar ?
Teknik pengumpulan data bersifat cross-sectional  (silang), menurut Arikunto (2005) merupakan kompromi dengan one-shot medhod  (menebak satu kali terhadap satu kasus) yang diteliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan, angket yang diisi siswa, dan hasil ulangan harian.
Hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa, dalam menjawab permasalahan di atas, pertama,  Karakter siswa dapat ditanamkan dan ditingkatkan melalui pembelajaran Sains: rasa ingin tahun, rasa religious, demokratis, bekerja sama, berkomunikatif dengan baik, dan toleransi. Asalkan  dirancang dengan metode  belajar mengajar yang menyenangkan, melibatkan siswa,  dengan kesungguhan dan kreatifitas guru. Dan Nilai kewirausahaan dapat tertanam antara lain:  mampu mengelola diskusi kelompok dan percaya diri dalam mengekspresikan gagasan. Hal ni terlihat dari hasil dari pengamatan guru pada pembelajaran Sains berkarakter
            Kedua, siswa kelas 4 B SDH yang belajar Sains bermuatan karakter ini, mempunyai kemampuan untuk kerja keras, mandiri, disiplin, dan memiliki tanggung jawab. Mereka berupaya keras untuk mencapai prestasi yamg baik dan menyelesaikan tugas dengan benar.. Hal ini terbukti dari data tabel 2.1, dapat kita lihat  hanya dua siswa yang mendapat nilai di bawah 7 dan data dari pengamatan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelajar yang melakukan kecurangan dalam mengerjakan tes, baik tes evaluasi bulanan maupun tahunan tetap menjadi berita. Jumlah pelajar yang melakukan kecurangan apa pun bentuknya beberapa dekade terakhir ini berbanding terbalik dengan dekade awal-awal kemerdekaan. Surabaya, Surya Online - Pendidikan di Indonesia hanya melahirkan ahli atau “mafia” matematika, fisika, dan kimia, sehingga lulusan pendidikan di Indonesia tidak memiliki karakter.  Banyak keluhan masyarakat tentang menurunnya tatakrama, etika dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Padahal, ini telah menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktikkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Directur Pembinaan SMP, Kemendiknas, Didik Suhardi, kepada pers, jum’at (15/1).
Dalam konteks pendidikan karakter bangsa ini, gurulah yang mempunyai peran besar untuk terus-menerus mengasuh dan menumbuhkan karakter siswa. Dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Kareakter Bangsa, Mendiknas mengatakan,  sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap pembentukan karakter dan budaya bangsa.
Yahya Muhaimin (Mantan Mendiknas) mengatakan, pengembangan karakter bangsa lebih ditekankan pada kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku. Setiap sekolah diwajibkan untuk mempunyai statuta yang didalamnya dicantumkan secara eksplisit dan jelas tentang pengembangan karakter di sekolah tersebut. Setiap statuta sekolah mencantumkan nilai-nilai dasar atau yang merupakan ciri khas karakter bangsa Indonesia yaitu yang bersumber dari nilai-nilai agama maupun negara. Nilai-nilai dasar tersebut misalnya jujur, dapat dipercaya, amanah, kebersamaan, peduli pada orang lain, adil dan demokratis (14/1 2010) 
Tidak ada yang menolak tentang pentingya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting lagi adalah bagaimana menyusun dan mensistemasikannya, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan berbudaya, kata Mendiknas. (14/1 2010). Pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomi macam-macam dan harus bisa diintegrasikan dalam kurikulum. Penanaman nilai kemuliaan budi yang disampaikan dengan nada khotbah dan serba “menggurui”. Disadari atau tidak, justru membuat anak-anak makin jauh dari sentuhan pendidikan karakter yang menarik dan memikat. There is no single script for effective character education, but there are some important basic principles. The following eleven principles serve as criteria that schools and other.
Adapun nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat ditanamakan pada siswa elementary school  melalui pendidikan sains antara lain, religius, toleransi, rasa ingin tahu, demokratis, cinta tanah air, kerja keras, komunikatif, disiplin, tanggung jawab, peduli lingkungan, dan mandiri.
            Alhamdulillah, SDBI  Al Hikmah Surabaya pada tanggal 11 Mei 2010, merupakan salah satu dari 11 sekolah penerima penghargaan sekolah berkarakter. SD yang beralamat di jalan Gayung Kebonsari Tengah nomer 10 Surabaya  ini, menyisinkan 280 sekolah se-Indonesia, mulai dari TK-SMA/SMK. Hal ini sehubungan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional no 022/P/2010. Tentang penghargaan Satuan Pendidikan yang Menerapkan Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010.
            Dengan diberikannya penghargaan  ini maka sekolah diberi kesempatan Balitbang untuk menyususn buku  dan membuat film yang bertemakan pendidikan karakter budaya bangsa. Dan buku tersebut diberi judul Pendidikan Karakter (kumpulan Pengalaman Inspiratif), SD Al Hikmah menulis anak  judul, “Bina Karakter Sejak Pukul Empat Pagi,”   
            Untuk mengetahui lebih dalam, upaya  membangun budaya dan karakter bangsa pada siswa sekolah dasar (elementary school) melalui pembelajaran sains, maka dilakukan penelitian ini.

B. RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan uraian latar maka fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini:belakang  di atas, Bagaimana upaya  membangun budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran Sains pada siswa sekolah dasar ?

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian ini adalah menyajikan pembelajaran sains kelas 4 semester II tahun ajar 2009-2010.  Pada materi pembelajaran: Energi Panas yang bermuatan budaya dan karakter bangsa. Melibatkan 2 pengajar dalam 1 kelas. Siswa yang dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas 4 SD.

D. TUJUAN DAN MANFAAT                  
            Tujuan yang diharapkan tercapai dari kegiatan ini adalah:
  1. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa.
  2. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa berorientasi meningkatkan kualitas siswa.
  3. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa berorientasi meningkatkan kemandirian siswa.
  4. Memperkaya pengetahuan dan ketrampilan guru untuk merancang model pembelajaran yang bermuatan budaya dan karakter bangsa

Adapun harapan penulis, karya tulis ini dapat bermanfaat untuk:
  1. Memberikan wawasan baru kepada guru tentang bagaimana menciptakan pembelajaran sains yang menarik, menyenangkan, dan inovatif bagi siswa usia dini.
  2. Merubah paradigma tentang pembelajaran di SD agar konsep pembelajaran sains sesuai dengan perkembangan IPTEK dan era globalisasi.
  3. Memotivasi guru agar lebih kreatif, inovatif dalam mengembangkan teknik pembelajaran.
  4. Memberi pengalaman belajar yang menyenangkan dan berkarakter pada siswa.

E. KAJIAN PUSTAKA
Membangun Karakter Bangsa
Karakter merupakan suatu kualitas pribadi yang bersifat unik yang menjadikan sikap atau perilaku seseorang yang satu berbeda dengan yang lain. Karakter, sikap atau perilaku dalam praktek muncul secara bersama-sama. Secara psikologi konsepnya adalah konsep individu. Jika kemudian hal tersebut menjadi suatu karakter bangsa maka
 perlu adanya acuan. Artinya dari konsep individual menjadi konsep kemasyarakatan dan lebih luas lagi bangsa, maka haruslah ada instrumen sebagai alat evaluasi yaitu kebudayaan. Secara ringkas kebudayaan berisi sistem nilai, norma dan kepercayaan. Dengan demikian dalam konteks ini budaya dapat dianggap sebagai instrumen untuk melihat kecenderungan perilaku pengembannya. Jadi berbicara tentang karakter merupakan konsep psikologi dan kebudayaan.
            Karakter itu bersifat dinamis, dapat berubah dari suatu periode waktu tertentu ke periode lainnya, walaupun tidak mudah. Sebagai salah satu contoh adalah, dulu sering dikatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur yang mempunyai karakter sopan, santun, altruistik, ramah tamah, berperasaan halus dll yang menggambarkan sebuah sikap atau perilaku yang mengindikasikan keluhuran budi pekerti. Bagaimana kondisi sekarang? Banyak yang meragukan bahwa karakter tersebut masih menjadi ikon Bangsa Indonesia. Jauh-jauh di awal kemerdekaan kita, Bung Karno, Presiden RI pertama, sudah mendengung-dengungkan istilah “nation and caracter building”. Artinya ada kondisi karakter bangsa yang saat ini sudah ada, namun harus diubah. Jadi bapak bangsa itu sudah mengidentifikasikan karakter yang bersifat negatif, sehingga perlu diubah.
            Mendiknas Mohammad Nuh meminta para pemangku kepentingan mengembangkan model-model pembelajaran yang menjadikan anak tak hanya mampu menghafal, tapi juga mengetahui, mengingat, dan paham apa yang diingatnya. Selain itu , Mendiknas juga meminta agar pihak sekolah membangun karakter dan budaya bangsa secara sistematik. “Budaya itu pun juga bisa direkayasa dalam makna positif. Tolong dibahas bagaimana rekayasa untuk membuat sistematis pengembangan budaya agar jelas tahapannya,” ingat dia (18/1).
            Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas, Diah Hariati mengatakan, pemerintah akan memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi sebagai bagian dari penguatan sistem pendidikan nasional. “Pemerintah tidak akan menambah mata pelajaran tersendiri untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, tetapi cukup dengan memberikan penguatan,” ungkapnya. Kemendinas  saat ini sudah menyusun rancangan kerangka induk (grand design) pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kerangka itu sudah dilengkapi panduan pada setiap jenjang pendidikan.
            Menurut Ratna Megawangi, menjadi manusia yang berkarater butuh proses yang tidak sebentar. Jadi, tidak cukup hanya melalui pelajaran di sekolah, atau pergaulan di rumah.
            Tiga unsur pendidikan berkarakter, pertama, Knowing the good. Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal itu. “Selama ini mereka hanya tahunya mana yang baik dan buruk, namun mereka tidak alasannya,” ungkap Ratna.
            Kedua, Feeling the good. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik .Di sini anak dilatuh untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan.
            Ketiga, Acting the good. Pada tahap ini , anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketaui  atau dirasahkan oleh seseorang, tidak akan ada artinya. 
            Menurut Ratna, Ketiga faktor tersebut harus dilatih secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Jadi, konsep yang dibangun, adalah habit of the mind, habit of the heart, and habit of the hands. 


BAB II
METODE PENELITIAN



A. SETTING PENELITIAN
            Pelaksanaan pembelajaran sains di SD Al Hikmah Surabaya pada tahun ajar 2009-2010 di semester kedua. Melibatkan tim guru kelas 4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah  kelas 4 B berjumlah 37 anak.

B. INSTRUMEN
            Ada bebarapa instrument yang digunakan pada penyajian pembelajaran ini yaitu:
  1. Lembar observasi/ pengamatan
Instrusten ini digunakan untuk mengetahui  minat dan keaktifan siswa serta kreatifitas siswa dari hasil pembelajaran energi panas.

  1. Lembar angket
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kesenangan siswa terhadap penyajian pembelajaran dan kelanjutan pembelajaran tersebut.

  1. Nilai Ulangan Harian
Data ini diperlukan untuk mengetahui keberhasilan siswa terhadap hasil ulangan harian pada materi energi panas

C. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
            Teknik pengumpulan data bersifat cross-sectional  (silang), menurut Arikunto (2005) merupakan kompromi dengan one-shot medhod  (menebak satu kali terhadap satu kasus) yang diteliti.
            Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan, angket yang diisi siswa, dan hasil ulangan harian.
            Selanjutnya data itu dianalisa dengan pendekatan deskriptif-kualitatif (Bugin, 2008).  Yaitu berdasarkan permasalahan dengan melihat prosentase keaktifan, minat dan kreatifitas siswa. Prosentase tanggapan siswa terhadap kelanjutan pembelajaran sains.  Dan analisa hasil ulangan harian pada materi tersebut. 

BAB III
LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN
           
A. MEMBUAT RENCANA PEMBELAJARAN
            Dalam persiapan rencana mengajar mencakup beberapa hal diantaranya;
1) Tanggal Penyajian Materi Pelajaran:   3  s/d 10 Maret 2010
2) Mata Pelajaran    : Sains 
3) Kelas/ Semester  : IV (Empat), 2 (satu)
4) Jam Pertemuan    :  2  x 2 Jam Pertemuan (JP), 1 JP = 35 menit
5) Standar Kompetensi:
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam
    kehidupan sehari-hari.
6) Kompetensi Dasar:                              
  8.1. Mendeskripsikan energi panas (perpindahan panas secara konduksi)
         yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
7) Indikator
Produk
  • Mejelaskan proses penyebaran panas pada benda padat
  • Menjelaskan contoh  isolator dan konduktor
  • Menemukan penggunaan isolator dan konduktor dalam kehidupan sehari-hari
Proses
  • Menyelidiki hubungan antara jenis logam dengan kemampuan menghantarkan panas
Keterampilan Sosial
  • Melakukan komunikasi meliputi bertanya, menjawab, berdiskusi, dan berpendapat
Nilai budaya dan karakter bangsa
1.    Memiliki rasa ingin tahu dan tanggung jawab
2.    Memiliki sikap religiu, demokratis, kerja keras, disiplin, dan mandiri
3.    Komunikatif saat presentasi
Nilai kewirausahaan
1.    Percaya diri dalam mengekspresikan gagasan
2.    Mampu mengelola diskusi kelompok
8) Tujuan Pembelajaran
Produk
  1. Diberikan berbagai gambar proses perpindahan panas, siswa dapat memilih gambar yang ternasuk konduksi dan menjelaskan proses yang terjadi berdasarkan gambar tersebut.
  2. Diberikan berbagai gambar benda, siswa dapat memilih gambar yang ternasuk isolator dan konduktor.
  3. Diberikan suatu gambar kegiatan manusia, siswa dapat menemukan  penggunaan isolator dan konduktor dalam kehidupan sehari-hari
Proses
·         Diberikan rumusan masalah, siswa dapat merancang eksperimen untuk menjawab rumusan masalah tersebut sesuai rincian tugas kinerja yang ditentukan
Keterampilan sosial
·         Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat melakukan kerja sama, berinteraksi, dan berkomunikasi meliputi bertanya  dan menjawab

9) Materi Pokok:
Perambatan panas secara konduksi

10) Langkah-langkah Kegiatan
  a. Pertemuan Pertama  ( 2 x 35 menit)
        Pendahuluan (± 15 menit)
1.    Memotivasi dan mengingatkan kembali siswa tentang manfaat energi panas yang berasal dari matahari yang dapat kita gunakan untuk berbagai aktifitas. Dan cara perpindahan panas dan sinar matahari sampai kepermukaan bumi secara langsung (secara radiasi), akan tetapi banyak bagian dari sinar yang berbahaya dipantulkan kembali ke angkasa oleh atmosfir Bumi. Tanamkan aspek Karakter Religius.
2.   
Bagaimana panas menyebar?
 
Menyampaikan inti tujuan pembelajaran meliputi produk, proses, psikomotor, dan keterampilan sosial. Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis.   
Tanamkan aspek Karakter Rasa Ingin Tahu


     Inti (± 50 menit)
1.    Dalam keadaan siswa duduk dalam setting kelompok, guru membimbing pelatihan awal melakukan percobaan seperti gambar 1.1, pada lembar materi (lerlampir), serta memberi umpan balik kepada setiap kelompok sampai sendok panas dan siswa merasakan adanya perambatan tersebut. Tanamkan aspek Karakter Demokratis.
2.    Sesudah semua kelompok melakukan percobaan, guru meminta hasilnya. Siswa mungkin melaporkan bahwa mereka tidak langsung merasakan panas ketika pemanas dinyalakan, tetapi sesudah beberapa saat.
3.    Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana panas tersebut menyebar dalam batang dan apakah hal ini dapat diukur. Siswa mungkin menemukan satu usulan percobaan yang menggunakan plastisin, dan melihat bahwa plastisin tersebut meleleh pada suhu tertentu. Tanamankan aspek Karakter Komunikatif , Toleransi
4.    Guru memfasilitasi kelompok untuk mengadakan percobaan berdasarkan LKS yang diberikan guru. Guru membagikan LKS dan menjelaskan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok berdasarkan LKS tersebut. Tanamkan aspek Karakter Kerja keras, Tanggung jawab.
5.    Guru membimbing kelompok-kelompok dalam melakukan percobaan dan mengisi LKS  serta  membimbing untuk menyimpulkan pengaruh antara jenis bahan dengan kecepatan penghantaran panas. Tanamkan aspek  Karakter Disiplin
Bersama siswa, guru membahas hasil percobaan serta kesimpulan yang
didapatkan. Tanamkan aspek  Karakter Demokratis.
   Penutup (± 5 menit)
1.    Untuk memperdalam konsep tentang konduksi siswa diminta mengerjakan percobaan di rumah (terlampir) dengan bantuan orang dewasa. Petunjuk pelaksanaan dibagikan oleh guru kepada setiap siswa. Tanamkan aspek Karakter  Mandiri
   b. Pertemuan kedua (2 x 35 menit)
·            Membahas pekerjaan rumah dan hasil diskusi kelompok
·            Tes tulis    


11) Sarana/ Sumber Bahan/ Media:
Sumber Pembelajaran
1.    Lembar materi Konduksi .
2.    Lembar aktivitas lanjutan di rumah
3.    LKS : Pengaruh jenis bahan terhadap kecepatan penghantaran panas
4.     LP1 : Produk,
5.    LP2 : Proses
6.    LP3 : Lembar pengamatan budaya dan karakater bangsa
Alat dan bahan
1.       
2.      Statif/stand
3.      1 batang tembaga, 1 batang besi , dan 1 batang baja
4.      pembakar spiritus/lilin 9 bola plastisin
5.      1 buah sendok logam dan kain
12) Penilaian:
Penilai diambil  dari niilai ulangan harian. Data ini diperlukan untuk mengetahui keberhasilan siswa terhadap hasil ulangan harian pada materi energi panas
           
B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran sains pada pokok bahasan;  Perambatan panas secara konduksi, di kelas 4. Penulis  lakukan dengan menggunakan 3 tahapan: (a) pendahuluan,  (b) inti  dan (c) penutup.
            Secara rinci tahapan di atas adalah sebagai berikut:
Pendahuluan (± 15 menit)
  1. Memotivasi dan mengingatkan kembali siswa, tentang manfaat energi panas yang berasal dari matahari yang dapat kita gunakan untuk berbagai aktifitas. Dan cara perpindahan panas dan sinar matahari sampai kepermukaan bumi secara langsung (secara radiasi).  Akan tetapi  banyak bagian dari sinar yang berbahaya dari matahari itu, dipantulkan kembali ke angkasa oleh atmosfir Bumi. Tanamkan aspek Karakter Religius.
(Memotivasi siswa terlaksana dan siswa antusias dan diharapkan sadar akan kebesaran Allah yang melindungi manusia dengan atmosfis)
  1. Bagaimana panas menyebar?
     
    Menyampaikan inti tujuan pembelajaran meliputi produk, proses, psikomotor, dan keterampilan sosial. Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis.   

Tanamkan aspek Karakter Rasa Ingin Tahu
          (Tujuan tertulis di papan tulis dan siswa siap belajar dengan antusias)
Inti (± 50 menit)
3.    Dalam keadaan siswa duduk dalam setting kelompok, guru membimbing, pelatihan  awal  melakukan percobaan seperti gambar 1.1.
                                                                                                                                                                        gambar 1.1
Guru memberi umpan balik kepada setiap kelompok sampai sendok panas dan siswa merasakan adanya perambatan tersebut. Tanamkan aspek Karakter Demokratis.
(Siswa secara bergatian dan tidak berebut untuk melakukan pemanasan sendok di atas lilin)
4.    Sesudah semua kelompok melakukan percobaan, guru meminta hasilnya. Siswa mungkin melaporkan bahwa mereka tidak langsung merasakan panas ketika pemanas dinyalakan, tetapi sesudah beberapa saat. Siswa membaca materi pelajaran : Perambatan energi panas secara konduksi (terlampir).
  1. Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana panas tersebut menyebar dalam batang dan apakah hal ini dapat diukur. Siswa mungkin menemukan satu usulan percobaan yang menggunakan plastisin, dan melihat bahwa plastisin tersebut meleleh pada suhu tertentu. Tanamankan aspek Karakter Komunikatif , Toleransi.
(Siswa dimelakukan percobaan dan melaporkannya secara tertulis/lisan)
6.    Guru memfasilitasi kelompok untuk mengadakan percobaan berdasarkan LKS (terlampir) yang diberikan guru. Guru membagikan LKS  dan menjelaskan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok berdasarkan LKS tersebut. Tanamkan aspek Karakter Kerja keras, Tanggung jawab.
(Siswa melakukan percobaan secara kelompok dengan  teliti, sungguh-sungguh, tidak putus asah dan bertanggungjawab)
7.    Guru membimbing kelompok-kelompok dalam melakukan percobaan dan mengisi LKS  serta  membimbing untuk menyimpulkan pengaruh antara jenis bahan dengan kecepatan penghantaran panas. Tanamkan aspek  Karakter Disiplin
(Siswa dengan dibimbing guru menyelesaikan percobaan dengan cepat,  bekerjasama, antusias,  dan disiplin)
8.    Bersama siswa, guru membahas hasil percobaan serta kesimpulan yang didapatkan. Guru melakukan proses pengamatan aktivitas  siswa (terlampir).  Tanamkan aspek  Karakter Demokratis.
(Siswa secara demokratis  menyebutkan kesimpulan dari percobaan di atas dan adil bergantian melaporkan hasil percobaan tersebut).
Penutup (± 5 menit)
  1. Untuk memperdalam konsep tentang konduksi siswa diminta mengerjakan percobaan di rumah dengan bantuan orang dewasa. Petunjuk pelaksanaan dibagikan oleh guru kepada setiap siswa. Tanamkan aspek Karakter  Mandiri.
(Siswa diharapkan secara mandiri, mengerjakan tugas di rumah terkait dengan materi pelajaran di atas).