Minggu, 01 Januari 2012

Program IBIS Upaya Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa


Program IBIS  Upaya Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa

ABSTRAKSI
oleh : Drs. H.M.Taufik

           Adalah sebuah keprihatinan, ketika melihat anak-anak korban bencana lumpur Lapindo Sidoarjo (LUSI)  harus bersekolah di tempat terbuka dan ada yang bersekolah di tempat pengungsian. Banyak diantara mereka harus bercerai berai dari tempat tinggal semula di daerah terdampak lumpur Lapindo Sidoarjo. Salah satu korban LUSI, Ahmad  (Wali murid SD Al Hikmah) tinggal di desa Siring Porong.  Pada awal juli 2006,  rumahnya   terendam lumpur Lapindo, dia kaget, shok dan mendadak mendapat serangan jantung, akhirnya meninggal dunia. Almarhum meninggalkan dua anak yang masih duduk di bangku SD.
            Memang tak bisa dipungkiri akibat globalisasi dan kemajuan teknologi informasi juga berdampak pada lunturnya rasa kesetiakawanan sosial dan kepedulian sosial. Dari  diskusi penulis selaku guru dengan siswa kelas 3 SDH, tentang hal di atas.   Terlontar gagasan untuk membuat sebuah kegiatan kepedulian sosial pada pelajaran IPS materi pokok jual beli melalui program IBIS (Infaq Semua Hasil Bisnis) .  
            Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini : Bagaimana upaya menumbuhkan  kepedulian sosial siswa pada korban LUSI melalui program IBIS berwawasan entrepreneurship?
Metode pembelajaran yang digunakan  dalam penelitian ini adalah  pembelajaran kontekstual (CTL). Adapun teknik pengumpulan data bersifat cross-sectional  (silang). Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan pada penilaian 1 (Diskusi Kelompok bertema entrepreneurship) dan penilaian 2 (Kegiatan Business Day berwawasan Entrepreneurship). Serta hasil ulangan harian pelajaran IPS materi pokok jual beli.
Hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa, dalam menjawab permasalahan di atas, kepedulian sosial siswa terhadap korban LUSI dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran IPS pada materi pokok jual beli.  Hal ini tampak dari  banyaknya siswa yang bersedia menyumbangkan hasil jual beli pada kegiatan business day untuk korban di atas. Dan Nampak juga dari hasil penilaian pertama  ada 77% (23 siswa) mendapat nilai 100. Pada penilaian kedua  90% (27 siswa) mendapat nilai di atas 80. Untuk penilaian ketiga siswa memperoleh nilai rata-rata 9,62.
Wawasan entrepreneurship (kewirausahaan) siswa mulai tumbuh. Hal ini terlihat dari  kemampuan mereka dalam merencanakan dan melaksanakan program business day yang berwawasan entrepreneurship.  Mereka dapat menuangkan gagasan dalam berbisnis, menata dan mengemas dagangan mereka, menawarkan/ mempromosikan  dagangannya, dan cara komunikasi yang baik pada calon pembeli. Akhirnya dagangan mereka laku dengan cepat dan menghasilkan laba/ keuntungan.

Untuk menumbuhkan kepedulian Kesehatan Anda klik : Alat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sekolah Dasar Al Hikmah (SDH) adalah sebuah sekolah yang beralamat di jalan Gayung Kebonsari Tengah 10 Surabaya. Sekolah ini memiliki guru dan siswa  yang tersebar baik dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Bahkan beberapa guru dan  siswa tinggal di sekitar wilayah terdampak lumpur Lapindo Sidoarjo (LUSI). 
Sejak pertama kali meluap, 29 Mei 2006, banjir Lapindo telah menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Menurut berbagai sumber data di lapangan, sampai saat ini jumlah bangunan yang terendam meliputi 10.426 tempat tinggal, 33 sekolah, dan 31 pabrik. Lahan sawah yang diperuntukkan tebu yang terendam mencapai 64,02 ha dan sawah untuk tanaman padi yang terendam mencapai 482,65 ha. Banjir lumpur ini telah mengakibatkan ratusan ribu warga kehilangan mata pencahariannya dan ketidakjelasan nasibnya.
Adalah sebuah keprihatinan, ketika melihat anak-anak korban bencana LUSI  harus bersekolah di tempat terbuka dan ada yang bersekolah di tempat pengungsian. Banyak diantara mereka harus bercerai berai dari tempat tinggal semula di daerah terdampak lumpur Lapindo Sidoarjo. Sebagai gambaran nyata, salah satu korban LUSI, Ahmad  tinggal di desa Siring Porong, pada awal Juli 2006.  Wali murid SD Al Hikmah Surabaya ini, ketika melihat rumahnya yang baru direnovasi total dari dana simpanannya   terendam lumpur. Dia kaget, shok dan mendapat serangan jantung mendadak, akhirnya meninggal dunia. Almarhum meninggalkan dua anak yang masih duduk di bangku SD. Lain lagi derita Papa Kevin,  juga wali murid SD ini, harus merelakan rumahnya yang terletak di kecamatan Tanggulangin Sidoarjo untuk di jual dengan harga murah, sampai sekarang belum laku. 
Memang tak bisa dipungkiri akibat globalisasi dan kemajuan teknologi informasi juga berdampak pada lunturnya rasa kesetiakawanan sosial dan kepedulian sosial. Persaingan hidup yang ketat membuat orang sibuk dengan urusan masing-masing tanpa peduli pada sekitarnya. Misalnya terhadap korban LUSI diatas, terutama pada kawan dekatnya yang mengalami musibah lumpur tersebut. Dari  berdiskusi penulis selaku guru dengan siswa kelas 3 SDH, tentang  derita korban LUSI yang sudah terjadi sejak Mei 2006 ini.  Terlontar gagasan untuk membuat sebuah kegiatan kepedulian sosial pada pelajaran IPS materi pokok jual beli melalui program business day.   
Dengan mempertimbangkan latar belakang di atas, maka fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini : Bagaimana upaya menumbuhkan  kepedulian sosial siswa pada korban LUSI melalui program business day yang berwawasan entrepreneurship (kewirausahaan)?
B.  Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah penegasan mengenai batasan obyek penelitian yang mencakup lingkup wilayah dan lingkup waktu.  Wilayah pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SD Al Hikmah (SDH) Surabaya pada siswa kelas 3 C berjumlah 30 anak, 14 siswa dan 16 siswi. Fokus penelitian adalah pada bidang studi IPS, dengan materi pokok jual beli. Dan waktu penelitiannya yaitu pada tahun ajar 2010-2011 di semester kedua.
C.   Tujuan
Tujuan umum penelitian ini antara lain :
  1. Menanamkan jiwa sosial sejak dini (usia SD) pada penderitaan masyarakat di sekitarnya.
  2. Memberikan pengetahuan dan wawasan entrepreneurship dan apa manfaatnya untuk siswa sejak dini, SD.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain :
  1. Menanamkan jiwa sosial pada siswa SD Al Hikmah  pada penderitaan masyarakat yang mengalami bencana lumpur lapindo.
  2. Memberikan pengetahuan dan wawasan entrepreneurship dan apa manfaatnya untuk siswa SD Al Hikmah Surabaya.
D.   Manfaat                                  
Manfaat bagi peserta didik antara lain :
1.     Siswa memiliki jiwa sosial  sejak dini.
2.     Siswa memiliki kepekaan dan kepedulian pada lingkungan sekitarnya.
3.     Sswa memiliki  wawasan entrepreneurship
Manfaat bagi sesama guru antara lain :
  1. Memperkaya pengetahuan dan ketrampilan guru untuk merancang model pembelajaran yang merangsang siswa untuk peka pada lingkungan sosialnya.
  2. Memberikan wawasan baru kepada guru tentang bagaimana menciptakan pembelajaran IPS yang menarik, menyenangkan, dan inovatif bagi siswa usia dini.
  3. Merubah paradigma tentang pembelajaran di SD agar konsep pembelajaran IPS sesuai dengan kondisi lingkungan siswa.
  4. Memotivasi guru agar lebih kreatif, inovatif dalam mengembangkan teknik pembelajaran, khususnya pada pelajaran IPS,
Manfaat bagi  sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya antara lain :
1.      Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada dunia pendidikan dalam perannya menciptakan lulusan berkompetensi entrepreneurship  yang tentunya selain mempunyai hard skil ditambah dengan soft skill.
2.      Akhirnya dapat menjadikan lulusan yang mandiri dan bangkit dari keterpurukan.
E. Tinjauan Pustaka                     
1. Kepedulian Sosial
Kepedulian sosial tidak banyak saat ini dilakukan oleh banyak orang. Banyak yang merasakan makin sedikit orang yang peduli pada sesama dan cenderung menjadi seorang individualistis yang mementingkan diri sendiri.  Berjiwa sosial dan senang membantu merupakan sebuah ajaran yang universal dan dianjurkan oleh semua agama. Meski begitu, kepekaan untuk melakukan semua itu tidak bisa tumbuh begitu saja pada diri setiap orang karena membutuhkan proses melatih dan mendidik.
            Memiliki jiwa kepedulian sosial sangat penting bagi setiap orang karena kita tidak bisa hidup sendirian di dunia ini, begitu juga pentingnya bagi anak karena kelak mereka pun akan hidup mandiri tanpa orangtuanya lagi. Dengan jiwa sosial yang tinggi, mereka akan lebih mudah bersosialisasi serta akan lebih dihargai. Bayangkan bila setiap orang telah luntur jiwa sosialnya. Kehidupan akan kacau, berlaku hukum rimba, kaum tertindas makin tertindas, semua orang mengedepankan ego masing-masing dan keadilan pun akan menjadi hal yang sangat mahal (mykafes@gmail.com).
Kepedulian sosial itu adalah sebuah tindakan. bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Jadi apabila kita melihat orang-orang korban bencana di televisi dan kita hanya bisa kasihan, itu adalah percuma karena apabila kita peduli maka kita harus bertindak. Karena sesungguhnya peduli itu tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar, tapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun.
2. LUSI (Lumpur Lapindo Sidoarjo)
Sejak pertama kali meluap, 29 Mei 2006, banjir lumpur Lapindo Sidoarjo (LUSI) telah menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Menurut berbagai sumber data di lapangan, sampai saat ini jumlah bangunan yang terendam meliputi 10.426 tempat tinggal, 33 sekolah, dan 31 pabrik. Lahan sawah yang diperuntukkan tebu yang terendam mencapai 64,02 ha dan sawah untuk tanaman padi yang terendam mencapai 482,65 ha. Banjir lumpur ini telah mengakibatkan ratusan ribu warga kehilangan mata pencahariannya dan ketidakjelasan nasibnya.
Anehnya, penanganan terhadap hal tersebut, baik dari Pemerintah maupun DPR, cenderung mengabaikan kepentingan korban. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kebijakan berikut: Pertama, penanganan Pemerintah terhadap korban lumpur Lapindo diatur melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 14 tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Perpres ini lebih berpihak kepada Lapindo. Misalnya, Perpres ini telah membatasi kewajiban Lapindo hanya mencakup Peta Terdampak sesuai dengan kondisi pada tahun 2007. Padahal areal yang terendam banjir lumpur tersebut terus meluas hingga saat ini. Akibatnya, berdasarkan Perpres ini, Lapindo hanya bertanggung jawab terhadap sekitar 22.301 jiwa dari 4 desa/kelurahan yang termasuk dalam Peta Terdampak. Adapun lebih dari 40 ribu jiwa yang lahan dan tempat tinggalnya terendam lumpur dianggap di luar tanggung jawab Lapindo karena berada di luar areal Peta Terdampak.
Kedua, pihak DPR yang seharusnya menjadi pembela rakyat yang menjadi korban tersebut juga tidak bisa diharapkan. Sejak awal tahun 2007 DPR telah mengancam akan melakukan hak interpelasi kepada Pemerintah terkait dengan pola penanganan lumpur Lapindo. Namun, hingga saat ini isu interpelasi itu faktanya hanya menjadi ‘jualan’ politik, tidak benar-benar untuk membela kepentingan rakyat.
Korban lumpur Lapindo, baik yang menjadi kewajiban PT Lapindo Brantas maupun pemerintah, sama-sama terpuruk dan teraniaya. Ribuan warga yang masuk peta terdampak yang menjadi tanggung jawab PT Lapindo Brantas baru menerima sebagian kecil ganti rugi. Beberapa bulan terakhir, pembayaran ganti rugi macet sama sekali. Bahkan, 19 keluarga Gempolsari sama sekali belum pernah menerima ganti rugi. Ribuan lagi di luar area terdampak yang menjadi tanggung jawab pemerintah juga tidak ada kejelasan. Seperti yang dialami warga di 45 RT, sampai sekarang tidak ada kejelasan. Padahal, rumah mereka sudah rusak, sedangkan lingkungan, termasuk sawah dan ladang, hancur  (Kompas.Com 17/8/2011).
3.Business Day
Business Day adalah sebuah program yang dilakukan oleh SD Al Hikmah (SDH) Surabaya, untuk mengasah kepekaan dalam berbisnis sejak dini. Dengan cara siswa diajari berjualan sendiri dilingkungan sekolah. Adapun waktu ditentukan oleh guru dan bermusyawarah dengan siswa. Untuk menentukan jenis jualan, modal usaha, cara menawarkan dan waktu pelaksanaannya, serta berapa bagian dari laba yang akan disumbangkan untuk kegiatan sosial.
Mencari celah dalam kondisi dan situasi tertentu untuk berbisnis merupakan bagian langkah mengasah kepekaan berbisnis. Ketika kepekaan berbisnis mulai terlatih maka jiwa berbisnis akan tumbuh dengan sendirinya. Pengalaman berharga bagi siswa untuk mendapat momen-momen  seperti ini, diluar rutinitas akademis mereka.

4. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
Entrepreneurship merupakan kemampuan atau inisiatif untuk menciptakan dan membangun suatu usaha yang asalnya tidak ada atau mengembangkan usaha yang sudah ada. Entrepreneurship merupakan kecakapan kreatif dalam menyadari adanya kesempatan berusaha pada saat orang lain tidak memperhatikan atau memikirkan. Jika suatu pekerjaan di mana seseorang bekerja untuk orang lain, maka orang itu adalah pekerja. Jika orang tersebut bekerja untuk diri sendiri (misalnya mereka memiliki bisnis sendiri), mereka disebut entrepreneur.
Ciri-ciri khas seorang entrepreneur menurut David Mc Clelland antara lain memiliki tiga dasar motif untuk berprestasi (need for achievement) atau yang dikenal dengan n-ach.. Ketiga motif itu adalah motif untuk berprestasi (achievement motive), motif untuk berafiliasi (affiliation motivation), dan motif untuk berkuasa (power motive). Seorang entrepreneur memiliki motif berprestasi yang sangat tinggi. Isi pikirannya mengungguli atau melebihi orang lain, tindakannya bertanggung jawab secara pribadi, berbuat kreatif dan inovatif. Seorang entrepreneur juga mampu bertahan dalam bidang usaha yang dirintisnya dan berhasil mengembangkan serta mendiversifikasikan bidang usahanya (Hayati, 2001).
Keberhasilan seorang entrepreneur sebagai sumber daya manusia yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Pembangunan yang berorientasi ke masa depan hendaknya bertumpu pada potensi sumber daya manusia dan kekuatan budaya masyarakat, sehingga meningkatkan mutu manusia dan masyarakat. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, seorang entrepreneur melakukan penanaman nilai-nilai, sikap, atau kemauan untuk berbuat atau bekerja keras. Inilah yang disebut dengan etos kerja yang tinggi. Jadi tidak heran jika ada negara yang sumber alamnya sedikit tetapi bisa maju karena mempunyai sumber daya manusianya yang berjiwa entrepreneur karena memiliki etos kerja yang tinggi (Hayati, 2001).

BAB II LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
A. Rancangan  Pembelajaran
1. Silabus

            Sekolah                       : SDBI   Al Hikmah Surabaya           
            Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
            Kelas / Semester          : III / 2
            Standar Kompetensi   : Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

     a.  Kompetensi Dasar
      1.1    Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
      b.  Materi Pokok Pembelajaran : Jual beli
      c.  Materi :
  1. Menjelaskan tujuan jual beli
  2. Menyebutkan pengertian jual beli
  3. Melaksanakan jual beli

     d. Indikator :

1.      Indikator Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
v     Komunikasi
v     Jujur
v     Kerja keras
v     Kreatif
v     Percaya diri
v     Menghargai prestasi
v     Kepemimpinan
v     Berani mengambil resiko
v     Berorientasi ke masa depan
v     Peduli sosial

2.      Indikator Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif  (entrepreneurship)
ü     Berorientasi tugas dan hasil
ü     Berani mengambil resiko
ü     Pantang menyerah

      e. Kegiatan Pembelajaran :
Ø  Tanya jawab tentang  jual beli
Ø  Diskusi tentang jual beli
Ø  Merencanakan jual beli
Ø  Melakukan kegiatan jual beli business day
Ø  Menganalisa kegiatan business day

     f. Bentuk Penilaian : Performen dan tes tulis
     g. Alokasi Waktu    : 8 x 35 menit
     h. Sumber Belajar  :        
1.      Buku paket IPS
2.      Buku paket penunjang

2. Recana Pelaksanaan Pembelajaran ( R P P )
Satuan Pendidikan              : SD AL HIKMAH SURABAYA
Mata Pelajaran                     : Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester                    : III / 2
Waktu                                  : 8 X 35 ment                                              

    a.  Standar Kompetensi
1.   Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
    b. Kompetensi Dasar                                                   
1.1    memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
    c. Indikator
     1. Indikator Nilai Budaya dan Karakter Bangsa
v     Komunikasi
v     Jujur
v     Kerja keras
v     Kreatif
v     Percaya diri
v     Menghargai prestasi
v     Kepemimpinan
v     Berani mengambil resiko
v     Berorientasi ke masa depan
v     Peduli sosial

          2.  Indikator Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif  (entrepreneurship)
ü     Berorientasi tugas dan hasil
ü     Berani mengambil resiko
ü     Pantang menyerah

     d.    Tujuan Pembelajaran

1.    Diberikan beberapa contoh gambar kegiatan jual beli  dan  melihat tayangan video kegiatan di pasar, dapat menggali rasa ingin tahu siswa  untuk  menjelaskan tujuan jual beli
2.    Diberikan beberapa contoh gambar kegiatan jual beli  dan  melihat tayangan video kegiatan di pasar, dapat menggali rasa ingin tahu siswa  untuk  menjelaskan pengertian jual beli
3.      Siswa dapat merencanakan persiapan jual beli dengan penuh percaya diri.
4.      Siswa berani mengambil resiko dengan  menentukan produk yang akan dijual.
5.      Siswa Berorientasi tugas dan hasil dengan menentukan harga beli dan harga jual produk yang akan dijual
6.      Terlibat dalam kegiatan business day, sehingga siswa dapat :
·         menyapa pembeli dengan penuh percaya diri
·         siswa Berani mengambil resiko dengan menanyakan pada pembeli barang apa yang dibutuhkan
·         menjelaskan tentang barang yang di butuhkan pembeli dengan kejujuran
·         membentuk toleransi siswa dapat mengucapkan terima kasih .
·         membentuk kepedulian sosial dengan menyumbangkan sebagian laba untuk korban LUSI.

      e. Materi Ajar

-       Tujuan jual beli untuk memenuhi kebutuhan yang belum dimiliki oleh seseorang.
-       Pengertian jual beli adalah tukar menukar barang dengan menggunakan sejumlah uang tertentu.
-       Cara efektif berbicara dengan pembeli
      f.  Sumber/ Alat/ Media
          1. Sumber
-          Buku paket IPS
-          Buku paket penunjang
   2. Alat/Media    
-          LCD
-          Komputer / laptop
-          Video kegiatan di pasar
-          gambar kegiatan di pasar

3. Skenario Pembelajaran

      Pertemuan 1
      Pendahuluan (5 menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
1. Mengawali pembelajaran dengan refleksi dan ice breaker.
1.              2. Memotivasi siswa dengan menceritakan pentingnya materi ini  
2.                  dalam  kehidupan sehari-hari, dengan jual beli orang banyak   sukses dan dapat membantu derita orang lain, terutama yg tertimpah bencana.
3.              3. Menyampaikan  tujuan pembelajaran.
-Kreatif
-Rasa ingin tahu
-Kejujuran

    
      Inti ( 60 menit)
1.    Guru memberikan:
    Gambar kegiatan jual beli dan memutarkan video  
     kegiatan di   pasar   melalui LCD.   





















2.    Setelah gambar dan tayangan video berakhir guru memberikan pertanyaan pada siswa apa tujuan dan pengertian dari kegiatan yang baru dilihat.
3.    Siswa mendiskusikan tujuan dan pengertian jual beli dan manfaat yang bisa diperoleh dari jual beli (diantaranya dapat menolong orang yang terkena musibah LUSI), dengan kelompok tutor.          
4.    Dari hasil diskusi itu tiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusinya.
5.    Bersama siswa guru menyimpulkan apa tujuan dan pengertian dari jual beli dan manfaat jual beli.
6.    Kelompok yang mempresentasikan paling bagus mendapat reward dari teman atau kelompok yang lain.
1. Rasa ingin   tahu














2. -Komunikatif
    -Kreatif

3.tanggung jawab


4. -Mandiri
 Kepemimpinan
    -Percaya diri
5. Kejujuran

6.menghargai 
   Prestasi


Penutup 5 menit

Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
·         mengulang kesimpulan.   
·         Ice breaker.

 
      Pertemuan 2
      Pendahuluan ( 5 menit )
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
1.  Mengawali pembelajaran dengan refleksi dan ice breaker
     Menanyakan kembali pelajaran pada pertemuan sebelumnya misalnya apa tujuan dan pegertian jual beli.
2. Memotivasi siswa dengan menceritakan pentingnya materi ini dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari jual beli lebih lanjut.
1. demokratis


2. Berorientasi ke masa depan

     
      Inti ( 60 menit )
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
1. Guru memberikan permasalahan sebagai berikut:
  Ali memiliki keinginan untuk membuka usaha di depan rumahnya. Karena dilingkungan rumahnya banyak sekali karyawan bahkan ribuan yang bekerja di perusahaan yang ada di dekat rumah Ali, sedangkan Ia tidak tahu apa yang harus dijual agar barangnya laku. Di sisi lain Ali juga bingung bagaimana cara merencanakan persiapan jual belinya dan  menentukan harga beli dan harga jual produk yang akan dijual. Dan rencananya sebagian laba dari penjualan akan Ali sumbangkan kepada sepupuhnya yang tertimpah bencana lumpur lapindo Sidoarjo.
2. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok . Setiap kelompok 6 
    siswa. Meminta setiap kelompok membahas permasalah  di atas   
    dengan mengisi lembar tugas  yang disediakan.
3. Membimbing siswa menyelesaikan permasalahan serta  
    melakukan penilaian  menggunakan LP1(lembar Penilaian 1).
4. Meminta wakil kelompok menyajikan kerjanya dan menjelaskan 
    Atau mendemonstrasikan dalam  menyelesaikan masalah dan
    mendiskusikan dengan kelompok lain.
1.                           5. Semua siswa memilih kelompok terbaik yang  tampil di depan dengan memberi penghargaan kepada  kelompok terbaik.
1.  Peduli  Sosial, kejujuran










2.- Berorientasi   
      tugas dan hasil
.   - Berorientasi ke  masa depan

3.  Percaya diri


4. -Kepemimpinan
    - Percaya diri


5. Menghargai 
     Prestasi
         Penutup ( 5 menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
1. Bersama siswa merangkum cara penyelesaian suatu masalah.
2. Siswa mendapat  PR tentang persiapan business day  dengan  
    mengisi lembar tugas  yang disediakan.
1.Tanggung jawab
2.Berorientasi           
tugas dan hasil

 

         Pertemuan 3

        Pendahuluan (8  menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
·         Persiapan penataan barang yang dijual.
·         Pembukaan acara business day oleh Kepala Sekolah.

      Inti ( 90 menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
 Proses kegiatan Business Day












Sumber : photo arsip SD Al Hikmah Surabaya

1.    Percaya diri
2.    Berorientasi tugas dan hasil
3.    Berani mengambil resiko
4.    Kepemimpinan
5.    Komunikasi
6.    Kerja keras
7.    Kejujuran

  
      Penutup (7  menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
1.      Siswa merapikan barang dagangan yang belum terjual
2.      Siswa menghitung barang dagangan yang tidak terjual
3.      Siswa menghitung barang dagangan yang terjual ( Jumlah keseluruhan barang yang dijual dikurangi jumlah barang dagangan yang tidak terjual).
4.      Pemaknaan kegiatan business day dan Pengumuman serta memberian penghargaan bagi penyumbang terbanyak, dan penyerahan secara simbolis sumbangan kepada korban LUSI.
1.Tanggung jawab
2.Berorientasi pada    
   tugas dan hasil

           Pertemuan 4

          Pendahuluan (2 menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
·         Persiapan ulangan harian.

       Inti  (30  menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
·         Siswa mengerjakan ulangan harian dengan materi jual beli dengan jujur. Guru mengawasi agar siswa tetap jujur tidak curang.

    Penutup  (3  menit)
Kegiatan Pembelajaran
Nilai Karakter/
Kewirausahaan
·         Siswa mengumpulkan hasil ulangan harian dan guru mengoreksinya.



B  Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan  dalam penelitian ini adalah  pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Pembelajaran kontekstual mengaitkan materi mata pelajaran IPS di kelas 3 semester kedua, pada materi pokok Jual Beli, dengan dunia nyata entrepreneurship (kewirausahaan). Pembelajaran kontekstual mengajarkan kecakapan hidup untuk membantu peserta didik melihat kaitan sekolah dengan hidup, kehidupan atau pekerjaan.
Seseorang belajar apa dan kapan waktunya tergantung pada lingkungan mereka dianggap penting dan relevan serta memiliki kesempatan untuk menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, pembelajaran dapat dilakukan oleh seseorang pada waktu yang berbeda dengan orang lain dengan tempat yang berbeda pula, seperti di rumah, di sekolah, atau di masyarakat. Peserta didik akan tertarik mempelajari sesuatu karena yang dipelajarinya itu berguna dan mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan pembelajaran ini dalam kehidupan nyata sehari-hari. Mereka mengembangkan relevansi dari isi pelajaran di kelas dengan kehidupan nyata sehari-hari. Upaya guru untuk membantu peserta didik memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan apa yang pelajarinya di kelas. Pendekatan ini disebut Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).
Pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan peserta didik, dan juga pemahaman kontekstual peserta didik tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar peserta didik mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan. Pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata (real world learning), yang berpusat pada peserta didik untuk berfikir tingkat, aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan (joyfull and quantum learning), dan menggunakan berbagai sumber belajar. Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditunjukan berupa kombinasi dari kegiatan pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah di lapangan untuk dibahas di sekolah.
C. Instrumen (Alat Pengumpul Data)
            Ada bebarapa instrument yang digunakan pada penyajian pembelajaran ini   yaitu:
  1. Lembar observasi/ pengamatan (Penilaian 1)
Instrusten ini digunakan untuk mengetahui  kerjasana dan keaktifan siswa pada diskusi kelompok.
  1. Lembar penilaian Business Day (Penilaian 2)
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui penataan barang, penawaran barang, komunikasi saat jual beli, dan barang yang terjual dalam pelaksanaan business day, serta besar sumbangan untuk korban lumpur Lapindo.
  1. Nilai ulangan harian
Data ini diperlukan untuk mengetahui keberhasilan siswa terhadap hasil pembelajaran IPS kelas 3 pada materi jual beli. Data berupa hasil nilai ulangan harian pada materi di atas.

D.  Prosedur Pengumpulan Data
            Prosedur pengumpulan data bersifat cross-sectional, studi yang meliputi daerah pengamatan dalam jangkah waktu tertentu, menurut Arikunto (2005)  merupakan kompromi dengan one-shot medhod  (menebak satu kali terhadap satu  kasus) yang diteliti.
            Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan pada penilaian 1 (Diskusi Kelompok bertema entrepreneurship) dan penilaian 2 (Kegiatan Business Day berwawasan Entrepreneurship). Serta hasil ulangan harian pelajaran IPS materi pokok Jual Beli.
E. Teknik Analisa Data
Selanjutnya data itu dianalisa dengan pendekatan deskriptif-kualitatif (Bugin, 2008).  Yaitu dengan melihat nilai keaktifan dan kerjasama dalam diskusi bertema entrepreneudship pada penilaian 1 (satu). Dan nilai pada kegiatan business day berwawasan entrepreneurship pada penilaian 2 (dua). Dalam penilaian kedua ini  meliputi penataan barang, penawaran barang, komunikasi dalam jual beli, jumlah barang yang terjual dan prosentase uang yang disumbangkan. Dan melihat hasil ulangan harian pada pelajaran IPS materi pokok jual beli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar