Rabu, 30 November 2011

Optimalisasi Peran Sekolah Dasar (SD) dalam Mencetak Lulusan Berkompetensi Entrepreneurship”


OPTOMALISASI MENCETAK ENTrEPRENEUR SEJAK USIA DINI
Oleh : Drs. Mochamad Taufik

 BAB I
PENDAHULUAN

Untuk mengasah jiwa entreprenur Anda klik : Rizqi Online

1.1. Latar belakang masalah
Menarik untuk menyimak isi  Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), menyatakan tujuan pembangunan adalah difokuskan pada usaha mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Patut kita kritisi bahwa, Perpres itu akan sulit terealisasi  karena  apa yang terjadi di lapangan menunjukan angka pengangguran masih tinggi.  Data survei tenaga kerja nasional tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran, dan tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 2 juta orang. Pengangguran jenis ini kerap disebut “pengangguran akademik”. (Kompas, 2010)
Coba kita amati. angka pengangguran tahun 2010 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan sebesar 5 %, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja (Solo Pos, 2010). Jumlah ini belum ditambah dengan angka pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana alam seperti gempa, longsor, banjir, dan lain-lain yang  tidak terduga  dan  turut menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Berbicara mengenai pengangguran, tidak terlepas kaitannya dengan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, hal ini sangat berhubungan karena manusia yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang memadai tentu akan dapat  memenuhi kebutuhan diri, keluarga dan lingkungannya, dan seiring dengan itu akan mempunyai kesejahteraan yang layak. Kesejahteran akan berimbas pada sektor pendidikan dan kesehatan, dan diharapkan  akan  mampu berperan aktif membangun komunitas dimana dia tinggal dan pada akhirnya dapat turut serta membangun bangsa.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih banyaknya angka penganguran yang berasal dari lulusan SLTA, diploma maupu perguruan tinggi karena sistem pendidikan di Indonesia yang tidak mengembangkan jiwa soft skill (keterampilan lain di luar kompetensi utama), padahal pada kenyataanya soft skill sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Sehingga terjadi ketidakcocokan antara sumber daya manusia yang tersedia dengan kebutuhan dunia kerja.
Kewirausahaan adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah pengangguran yang berasal dari lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) maupun perguruan tinggi. Dengan digalakkannya program pengembangan entrepreneurship di kalangan siswa sejak dini, sekolah dasar (SD). Agar diharapkan  kelak generasi muda ini, mempunyai jiwa jobcreator bukan job seeker. Idealnya dalam suatu negara presentasi masyarakat yang bergerak di dunia wirausaha adalah 1% dari jumlah penduduk, karena kewirausahaan adalah motor penggerak ekonomi sebuah negara. Dari sektor informal ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 63% dibandingkan dengan sektor formal yang hanya menyerap sebanyak 37% (Muhaimin Iskandar,2010).
1.2 Identifikasi Masalah
Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana optimalisasi peran sekolah dasar (SD) dalam mencetak lulusan berkompetensi entrepreneurship
1.3  Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk :
  1. Mendeskripsikan penyebab yang terjadi masih banyaknya pengangguran akademik yang ada di Indonesia.
  2. Memberikan pengetahuan dan informasi tentang entrepreneurship dan apa manfaatnya untuk siswa sejak dini, SD.
  3. Meningkatkan optimalisasi sekolah dalam menciptakan atmosfer entreprenuership agar kelak dapat tercipta lulusan yang unggul dari segi hard skill maupun soft skill dan berkompetensi entrepreneurship.
1.4  Manfaat
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada dalam perannya menciptakan sarjana berkompetensi entrepreneurship yang tentunya selain mempunyai hard skil ditambah dengan soft skill.
Melalui karya tulis ini perguruan tinggi yang mencakup di dalamnya terdapat dosen, rekorat, dekanat dan mahasiswa dapat menumbuhkan ide-ide baru dan berbeda dalam menciptakan lulusan entrepreneurship. Kerja sama sinergis diantaranya dapat saling membantu optimalisasi peran perguruan tinggi itu sendiri.

Pembelajaran IPA Berbasis Karakter Upaya Meningkatkan Sikap PD



Oleh : Drs. H. Mochamad Taufik
ABSTRAKSI

  Untuk mengoptimalkan kesehatan Anda klik : Alat Kesehatan

Pelajar yang melakukan kecurangan dalam mengerjakan tes, baik tes evaluasi bulanan maupun tahunan tetap menjadi berita. Jumlah pelajar yang melakukan kecurangan apa pun bentuknya beberapa dekade terakhir ini berbanding terbalik dengan dekade awal-awal kemerdekaan. Surabaya, Surya Online - Pendidikan di Indonesia hanya melahirkan ahli atau “mafia” matematika, fisika, dan kimia, sehingga lulusan pendidikan di Indonesia tidak memiliki karakter.  Banyak keluhan masyarakat tentang menurunnya tatakrama, etika dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Padahal, ini telah menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktikkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Directur Pembinaan SMP, Kemendiknas, Didik Suhardi, kepada pers, jum’at (15/1).
Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini: Bagaimana upaya  membangun budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran Sains pada siswa sekolah dasar ?
Teknik pengumpulan data bersifat cross-sectional  (silang), menurut Arikunto (2005) merupakan kompromi dengan one-shot medhod  (menebak satu kali terhadap satu kasus) yang diteliti. Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan, angket yang diisi siswa, dan hasil ulangan harian.
Hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa, dalam menjawab permasalahan di atas, pertama,  Karakter siswa dapat ditanamkan dan ditingkatkan melalui pembelajaran Sains: rasa ingin tahun, rasa religious, demokratis, bekerja sama, berkomunikatif dengan baik, dan toleransi. Asalkan  dirancang dengan metode  belajar mengajar yang menyenangkan, melibatkan siswa,  dengan kesungguhan dan kreatifitas guru. Dan Nilai kewirausahaan dapat tertanam antara lain:  mampu mengelola diskusi kelompok dan percaya diri dalam mengekspresikan gagasan. Hal ni terlihat dari hasil dari pengamatan guru pada pembelajaran Sains berkarakter
            Kedua, siswa kelas 4 B SDH yang belajar Sains bermuatan karakter ini, mempunyai kemampuan untuk kerja keras, mandiri, disiplin, dan memiliki tanggung jawab. Mereka berupaya keras untuk mencapai prestasi yamg baik dan menyelesaikan tugas dengan benar.. Hal ini terbukti dari data tabel 2.1, dapat kita lihat  hanya dua siswa yang mendapat nilai di bawah 7 dan data dari pengamatan.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelajar yang melakukan kecurangan dalam mengerjakan tes, baik tes evaluasi bulanan maupun tahunan tetap menjadi berita. Jumlah pelajar yang melakukan kecurangan apa pun bentuknya beberapa dekade terakhir ini berbanding terbalik dengan dekade awal-awal kemerdekaan. Surabaya, Surya Online - Pendidikan di Indonesia hanya melahirkan ahli atau “mafia” matematika, fisika, dan kimia, sehingga lulusan pendidikan di Indonesia tidak memiliki karakter.  Banyak keluhan masyarakat tentang menurunnya tatakrama, etika dan kreativitas karena melemahnya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Padahal, ini telah menjadi satu kesatuan kurikulum pendidikan yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Pendidikan budaya dan karakter bangsa ini cenderung pada implementasi, harus dipraktikkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu, pendidikan ini seperti hidden curiculum,” ujar Directur Pembinaan SMP, Kemendiknas, Didik Suhardi, kepada pers, jum’at (15/1).
Dalam konteks pendidikan karakter bangsa ini, gurulah yang mempunyai peran besar untuk terus-menerus mengasuh dan menumbuhkan karakter siswa. Dalam Sarasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Kareakter Bangsa, Mendiknas mengatakan,  sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap pembentukan karakter dan budaya bangsa.
Yahya Muhaimin (Mantan Mendiknas) mengatakan, pengembangan karakter bangsa lebih ditekankan pada kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah laku. Setiap sekolah diwajibkan untuk mempunyai statuta yang didalamnya dicantumkan secara eksplisit dan jelas tentang pengembangan karakter di sekolah tersebut. Setiap statuta sekolah mencantumkan nilai-nilai dasar atau yang merupakan ciri khas karakter bangsa Indonesia yaitu yang bersumber dari nilai-nilai agama maupun negara. Nilai-nilai dasar tersebut misalnya jujur, dapat dipercaya, amanah, kebersamaan, peduli pada orang lain, adil dan demokratis (14/1 2010) 
Tidak ada yang menolak tentang pentingya karakter dan budaya, tetapi jauh lebih penting lagi adalah bagaimana menyusun dan mensistemasikannya, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan berbudaya, kata Mendiknas. (14/1 2010). Pendidikan karakter sebaiknya tidak dikotomi macam-macam dan harus bisa diintegrasikan dalam kurikulum. Penanaman nilai kemuliaan budi yang disampaikan dengan nada khotbah dan serba “menggurui”. Disadari atau tidak, justru membuat anak-anak makin jauh dari sentuhan pendidikan karakter yang menarik dan memikat. There is no single script for effective character education, but there are some important basic principles. The following eleven principles serve as criteria that schools and other.
Adapun nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dapat ditanamakan pada siswa elementary school  melalui pendidikan sains antara lain, religius, toleransi, rasa ingin tahu, demokratis, cinta tanah air, kerja keras, komunikatif, disiplin, tanggung jawab, peduli lingkungan, dan mandiri.
            Alhamdulillah, SDBI  Al Hikmah Surabaya pada tanggal 11 Mei 2010, merupakan salah satu dari 11 sekolah penerima penghargaan sekolah berkarakter. SD yang beralamat di jalan Gayung Kebonsari Tengah nomer 10 Surabaya  ini, menyisinkan 280 sekolah se-Indonesia, mulai dari TK-SMA/SMK. Hal ini sehubungan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional no 022/P/2010. Tentang penghargaan Satuan Pendidikan yang Menerapkan Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010.
            Dengan diberikannya penghargaan  ini maka sekolah diberi kesempatan Balitbang untuk menyususn buku  dan membuat film yang bertemakan pendidikan karakter budaya bangsa. Dan buku tersebut diberi judul Pendidikan Karakter (kumpulan Pengalaman Inspiratif), SD Al Hikmah menulis anak  judul, “Bina Karakter Sejak Pukul Empat Pagi,”   
            Untuk mengetahui lebih dalam, upaya  membangun budaya dan karakter bangsa pada siswa sekolah dasar (elementary school) melalui pembelajaran sains, maka dilakukan penelitian ini.

B. RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan uraian latar maka fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini:belakang  di atas, Bagaimana upaya  membangun budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran Sains pada siswa sekolah dasar ?

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian ini adalah menyajikan pembelajaran sains kelas 4 semester II tahun ajar 2009-2010.  Pada materi pembelajaran: Energi Panas yang bermuatan budaya dan karakter bangsa. Melibatkan 2 pengajar dalam 1 kelas. Siswa yang dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas 4 SD.

D. TUJUAN DAN MANFAAT                  
            Tujuan yang diharapkan tercapai dari kegiatan ini adalah:
  1. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa.
  2. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa berorientasi meningkatkan kualitas siswa.
  3. Menerapkan bentuk pembelajaran sains yang bermuatan budaya dan karakter bangsa berorientasi meningkatkan kemandirian siswa.
  4. Memperkaya pengetahuan dan ketrampilan guru untuk merancang model pembelajaran yang bermuatan budaya dan karakter bangsa

Adapun harapan penulis, karya tulis ini dapat bermanfaat untuk:
  1. Memberikan wawasan baru kepada guru tentang bagaimana menciptakan pembelajaran sains yang menarik, menyenangkan, dan inovatif bagi siswa usia dini.
  2. Merubah paradigma tentang pembelajaran di SD agar konsep pembelajaran sains sesuai dengan perkembangan IPTEK dan era globalisasi.
  3. Memotivasi guru agar lebih kreatif, inovatif dalam mengembangkan teknik pembelajaran.
  4. Memberi pengalaman belajar yang menyenangkan dan berkarakter pada siswa.

E. KAJIAN PUSTAKA
Membangun Karakter Bangsa
Karakter merupakan suatu kualitas pribadi yang bersifat unik yang menjadikan sikap atau perilaku seseorang yang satu berbeda dengan yang lain. Karakter, sikap atau perilaku dalam praktek muncul secara bersama-sama. Secara psikologi konsepnya adalah konsep individu. Jika kemudian hal tersebut menjadi suatu karakter bangsa maka
 perlu adanya acuan. Artinya dari konsep individual menjadi konsep kemasyarakatan dan lebih luas lagi bangsa, maka haruslah ada instrumen sebagai alat evaluasi yaitu kebudayaan. Secara ringkas kebudayaan berisi sistem nilai, norma dan kepercayaan. Dengan demikian dalam konteks ini budaya dapat dianggap sebagai instrumen untuk melihat kecenderungan perilaku pengembannya. Jadi berbicara tentang karakter merupakan konsep psikologi dan kebudayaan.
            Karakter itu bersifat dinamis, dapat berubah dari suatu periode waktu tertentu ke periode lainnya, walaupun tidak mudah. Sebagai salah satu contoh adalah, dulu sering dikatakan bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur yang mempunyai karakter sopan, santun, altruistik, ramah tamah, berperasaan halus dll yang menggambarkan sebuah sikap atau perilaku yang mengindikasikan keluhuran budi pekerti. Bagaimana kondisi sekarang? Banyak yang meragukan bahwa karakter tersebut masih menjadi ikon Bangsa Indonesia. Jauh-jauh di awal kemerdekaan kita, Bung Karno, Presiden RI pertama, sudah mendengung-dengungkan istilah “nation and caracter building”. Artinya ada kondisi karakter bangsa yang saat ini sudah ada, namun harus diubah. Jadi bapak bangsa itu sudah mengidentifikasikan karakter yang bersifat negatif, sehingga perlu diubah.
            Mendiknas Mohammad Nuh meminta para pemangku kepentingan mengembangkan model-model pembelajaran yang menjadikan anak tak hanya mampu menghafal, tapi juga mengetahui, mengingat, dan paham apa yang diingatnya. Selain itu , Mendiknas juga meminta agar pihak sekolah membangun karakter dan budaya bangsa secara sistematik. “Budaya itu pun juga bisa direkayasa dalam makna positif. Tolong dibahas bagaimana rekayasa untuk membuat sistematis pengembangan budaya agar jelas tahapannya,” ingat dia (18/1).
            Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas, Diah Hariati mengatakan, pemerintah akan memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi sebagai bagian dari penguatan sistem pendidikan nasional. “Pemerintah tidak akan menambah mata pelajaran tersendiri untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, tetapi cukup dengan memberikan penguatan,” ungkapnya. Kemendinas  saat ini sudah menyusun rancangan kerangka induk (grand design) pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kerangka itu sudah dilengkapi panduan pada setiap jenjang pendidikan.
            Menurut Ratna Megawangi, menjadi manusia yang berkarater butuh proses yang tidak sebentar. Jadi, tidak cukup hanya melalui pelajaran di sekolah, atau pergaulan di rumah.
            Tiga unsur pendidikan berkarakter, pertama, Knowing the good. Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal itu. “Selama ini mereka hanya tahunya mana yang baik dan buruk, namun mereka tidak alasannya,” ungkap Ratna.
            Kedua, Feeling the good. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik .Di sini anak dilatuh untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan.
            Ketiga, Acting the good. Pada tahap ini , anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketaui  atau dirasahkan oleh seseorang, tidak akan ada artinya. 
            Menurut Ratna, Ketiga faktor tersebut harus dilatih secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Jadi, konsep yang dibangun, adalah habit of the mind, habit of the heart, and habit of the hands. 


BAB II
METODE PENELITIAN



A. SETTING PENELITIAN
            Pelaksanaan pembelajaran sains di SD Al Hikmah Surabaya pada tahun ajar 2009-2010 di semester kedua. Melibatkan tim guru kelas 4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah  kelas 4 B berjumlah 37 anak.

B. INSTRUMEN
            Ada bebarapa instrument yang digunakan pada penyajian pembelajaran ini yaitu:
  1. Lembar observasi/ pengamatan
Instrusten ini digunakan untuk mengetahui  minat dan keaktifan siswa serta kreatifitas siswa dari hasil pembelajaran energi panas.

  1. Lembar angket
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kesenangan siswa terhadap penyajian pembelajaran dan kelanjutan pembelajaran tersebut.

  1. Nilai Ulangan Harian
Data ini diperlukan untuk mengetahui keberhasilan siswa terhadap hasil ulangan harian pada materi energi panas

C. TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
            Teknik pengumpulan data bersifat cross-sectional  (silang), menurut Arikunto (2005) merupakan kompromi dengan one-shot medhod  (menebak satu kali terhadap satu kasus) yang diteliti.
            Data yang diperlukan dalam penelitian ini, data primer, data yang diperoleh dari lembar pengamatan, angket yang diisi siswa, dan hasil ulangan harian.
            Selanjutnya data itu dianalisa dengan pendekatan deskriptif-kualitatif (Bugin, 2008).  Yaitu berdasarkan permasalahan dengan melihat prosentase keaktifan, minat dan kreatifitas siswa. Prosentase tanggapan siswa terhadap kelanjutan pembelajaran sains.  Dan analisa hasil ulangan harian pada materi tersebut. 

BAB III
LAPORAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN
           
A. MEMBUAT RENCANA PEMBELAJARAN
            Dalam persiapan rencana mengajar mencakup beberapa hal diantaranya;
1) Tanggal Penyajian Materi Pelajaran:   3  s/d 10 Maret 2010
2) Mata Pelajaran    : Sains 
3) Kelas/ Semester  : IV (Empat), 2 (satu)
4) Jam Pertemuan    :  2  x 2 Jam Pertemuan (JP), 1 JP = 35 menit
5) Standar Kompetensi:
8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam
    kehidupan sehari-hari.
6) Kompetensi Dasar:                              
  8.1. Mendeskripsikan energi panas (perpindahan panas secara konduksi)
         yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.
7) Indikator
Produk
  • Mejelaskan proses penyebaran panas pada benda padat
  • Menjelaskan contoh  isolator dan konduktor
  • Menemukan penggunaan isolator dan konduktor dalam kehidupan sehari-hari
Proses
  • Menyelidiki hubungan antara jenis logam dengan kemampuan menghantarkan panas
Keterampilan Sosial
  • Melakukan komunikasi meliputi bertanya, menjawab, berdiskusi, dan berpendapat
Nilai budaya dan karakter bangsa
1.    Memiliki rasa ingin tahu dan tanggung jawab
2.    Memiliki sikap religiu, demokratis, kerja keras, disiplin, dan mandiri
3.    Komunikatif saat presentasi
Nilai kewirausahaan
1.    Percaya diri dalam mengekspresikan gagasan
2.    Mampu mengelola diskusi kelompok
8) Tujuan Pembelajaran
Produk
  1. Diberikan berbagai gambar proses perpindahan panas, siswa dapat memilih gambar yang ternasuk konduksi dan menjelaskan proses yang terjadi berdasarkan gambar tersebut.
  2. Diberikan berbagai gambar benda, siswa dapat memilih gambar yang ternasuk isolator dan konduktor.
  3. Diberikan suatu gambar kegiatan manusia, siswa dapat menemukan  penggunaan isolator dan konduktor dalam kehidupan sehari-hari
Proses
·         Diberikan rumusan masalah, siswa dapat merancang eksperimen untuk menjawab rumusan masalah tersebut sesuai rincian tugas kinerja yang ditentukan
Keterampilan sosial
·         Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat melakukan kerja sama, berinteraksi, dan berkomunikasi meliputi bertanya  dan menjawab

9) Materi Pokok:
Perambatan panas secara konduksi

10) Langkah-langkah Kegiatan
  a. Pertemuan Pertama  ( 2 x 35 menit)
        Pendahuluan (± 15 menit)
1.    Memotivasi dan mengingatkan kembali siswa tentang manfaat energi panas yang berasal dari matahari yang dapat kita gunakan untuk berbagai aktifitas. Dan cara perpindahan panas dan sinar matahari sampai kepermukaan bumi secara langsung (secara radiasi), akan tetapi banyak bagian dari sinar yang berbahaya dipantulkan kembali ke angkasa oleh atmosfir Bumi. Tanamkan aspek Karakter Religius.
2.   
Bagaimana panas menyebar?
 
Menyampaikan inti tujuan pembelajaran meliputi produk, proses, psikomotor, dan keterampilan sosial. Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis.   
Tanamkan aspek Karakter Rasa Ingin Tahu


     Inti (± 50 menit)
1.    Dalam keadaan siswa duduk dalam setting kelompok, guru membimbing pelatihan awal melakukan percobaan seperti gambar 1.1, pada lembar materi (lerlampir), serta memberi umpan balik kepada setiap kelompok sampai sendok panas dan siswa merasakan adanya perambatan tersebut. Tanamkan aspek Karakter Demokratis.
2.    Sesudah semua kelompok melakukan percobaan, guru meminta hasilnya. Siswa mungkin melaporkan bahwa mereka tidak langsung merasakan panas ketika pemanas dinyalakan, tetapi sesudah beberapa saat.
3.    Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana panas tersebut menyebar dalam batang dan apakah hal ini dapat diukur. Siswa mungkin menemukan satu usulan percobaan yang menggunakan plastisin, dan melihat bahwa plastisin tersebut meleleh pada suhu tertentu. Tanamankan aspek Karakter Komunikatif , Toleransi
4.    Guru memfasilitasi kelompok untuk mengadakan percobaan berdasarkan LKS yang diberikan guru. Guru membagikan LKS dan menjelaskan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok berdasarkan LKS tersebut. Tanamkan aspek Karakter Kerja keras, Tanggung jawab.
5.    Guru membimbing kelompok-kelompok dalam melakukan percobaan dan mengisi LKS  serta  membimbing untuk menyimpulkan pengaruh antara jenis bahan dengan kecepatan penghantaran panas. Tanamkan aspek  Karakter Disiplin
Bersama siswa, guru membahas hasil percobaan serta kesimpulan yang
didapatkan. Tanamkan aspek  Karakter Demokratis.
   Penutup (± 5 menit)
1.    Untuk memperdalam konsep tentang konduksi siswa diminta mengerjakan percobaan di rumah (terlampir) dengan bantuan orang dewasa. Petunjuk pelaksanaan dibagikan oleh guru kepada setiap siswa. Tanamkan aspek Karakter  Mandiri
   b. Pertemuan kedua (2 x 35 menit)
·            Membahas pekerjaan rumah dan hasil diskusi kelompok
·            Tes tulis    


11) Sarana/ Sumber Bahan/ Media:
Sumber Pembelajaran
1.    Lembar materi Konduksi .
2.    Lembar aktivitas lanjutan di rumah
3.    LKS : Pengaruh jenis bahan terhadap kecepatan penghantaran panas
4.     LP1 : Produk,
5.    LP2 : Proses
6.    LP3 : Lembar pengamatan budaya dan karakater bangsa
Alat dan bahan
1.       
2.      Statif/stand
3.      1 batang tembaga, 1 batang besi , dan 1 batang baja
4.      pembakar spiritus/lilin 9 bola plastisin
5.      1 buah sendok logam dan kain
12) Penilaian:
Penilai diambil  dari niilai ulangan harian. Data ini diperlukan untuk mengetahui keberhasilan siswa terhadap hasil ulangan harian pada materi energi panas
           
B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Pelaksanaan pembelajaran sains pada pokok bahasan;  Perambatan panas secara konduksi, di kelas 4. Penulis  lakukan dengan menggunakan 3 tahapan: (a) pendahuluan,  (b) inti  dan (c) penutup.
            Secara rinci tahapan di atas adalah sebagai berikut:
Pendahuluan (± 15 menit)
  1. Memotivasi dan mengingatkan kembali siswa, tentang manfaat energi panas yang berasal dari matahari yang dapat kita gunakan untuk berbagai aktifitas. Dan cara perpindahan panas dan sinar matahari sampai kepermukaan bumi secara langsung (secara radiasi).  Akan tetapi  banyak bagian dari sinar yang berbahaya dari matahari itu, dipantulkan kembali ke angkasa oleh atmosfir Bumi. Tanamkan aspek Karakter Religius.
(Memotivasi siswa terlaksana dan siswa antusias dan diharapkan sadar akan kebesaran Allah yang melindungi manusia dengan atmosfis)
  1. Bagaimana panas menyebar?
     
    Menyampaikan inti tujuan pembelajaran meliputi produk, proses, psikomotor, dan keterampilan sosial. Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis.   

Tanamkan aspek Karakter Rasa Ingin Tahu
          (Tujuan tertulis di papan tulis dan siswa siap belajar dengan antusias)
Inti (± 50 menit)
3.    Dalam keadaan siswa duduk dalam setting kelompok, guru membimbing, pelatihan  awal  melakukan percobaan seperti gambar 1.1.
                                                                                                                                                                        gambar 1.1
Guru memberi umpan balik kepada setiap kelompok sampai sendok panas dan siswa merasakan adanya perambatan tersebut. Tanamkan aspek Karakter Demokratis.
(Siswa secara bergatian dan tidak berebut untuk melakukan pemanasan sendok di atas lilin)
4.    Sesudah semua kelompok melakukan percobaan, guru meminta hasilnya. Siswa mungkin melaporkan bahwa mereka tidak langsung merasakan panas ketika pemanas dinyalakan, tetapi sesudah beberapa saat. Siswa membaca materi pelajaran : Perambatan energi panas secara konduksi (terlampir).
  1. Sekarang muncul pertanyaan, bagaimana panas tersebut menyebar dalam batang dan apakah hal ini dapat diukur. Siswa mungkin menemukan satu usulan percobaan yang menggunakan plastisin, dan melihat bahwa plastisin tersebut meleleh pada suhu tertentu. Tanamankan aspek Karakter Komunikatif , Toleransi.
(Siswa dimelakukan percobaan dan melaporkannya secara tertulis/lisan)
6.    Guru memfasilitasi kelompok untuk mengadakan percobaan berdasarkan LKS (terlampir) yang diberikan guru. Guru membagikan LKS  dan menjelaskan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok berdasarkan LKS tersebut. Tanamkan aspek Karakter Kerja keras, Tanggung jawab.
(Siswa melakukan percobaan secara kelompok dengan  teliti, sungguh-sungguh, tidak putus asah dan bertanggungjawab)
7.    Guru membimbing kelompok-kelompok dalam melakukan percobaan dan mengisi LKS  serta  membimbing untuk menyimpulkan pengaruh antara jenis bahan dengan kecepatan penghantaran panas. Tanamkan aspek  Karakter Disiplin
(Siswa dengan dibimbing guru menyelesaikan percobaan dengan cepat,  bekerjasama, antusias,  dan disiplin)
8.    Bersama siswa, guru membahas hasil percobaan serta kesimpulan yang didapatkan. Guru melakukan proses pengamatan aktivitas  siswa (terlampir).  Tanamkan aspek  Karakter Demokratis.
(Siswa secara demokratis  menyebutkan kesimpulan dari percobaan di atas dan adil bergantian melaporkan hasil percobaan tersebut).
Penutup (± 5 menit)
  1. Untuk memperdalam konsep tentang konduksi siswa diminta mengerjakan percobaan di rumah dengan bantuan orang dewasa. Petunjuk pelaksanaan dibagikan oleh guru kepada setiap siswa. Tanamkan aspek Karakter  Mandiri.
(Siswa diharapkan secara mandiri, mengerjakan tugas di rumah terkait dengan materi pelajaran di atas).