Rabu, 30 November 2011

Hasrat Menjadi Guru dan Penulis Profesional


Karya diajukan untuk memenuhi prasyarat pelatihan menulis di SDH'11 
 
 “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu merubah nasibnya sendiri” (ar- Raduu : 12) 

Hasrat Menjadi Guru Profesional. Menjadi guru adalah cita-cita keduaku. Saat duduk di bangku kelas 1 SMPN Bangil (tahun 1981), guru favoritku menyodorkan pertanyaan di atas. Apa cita-citamu kelak? Untuk menjawab petanyaan ini aku menerung beberapa menit. Akhirnya terlontar kalimat “menjadi Insiyur (Ir) pertanian. Menginggat sejak kecil aku senang menanam aneka jenis tanaman di belakang rumah.
            Secara finansial, keluargaku tidak sanggup untuk membiayai sekolahku sampai keperguruan tinggi. Untuk makan sehari-hari saja Ibu harus membanting tulang dengan berjualan ke Pasar Pasuruan. Hasil kerajinan tangan Ibu setiap minggu harus di bawah ke pasar untuk di tukar dengan kebutuhan sehari-hari. Sejak duduk di bangku SLTP, aku sering di suruh mengantarkan dagangan ke Pasar Pasuruan.  
Setelah melewati masa sekolah lanjutan atas (SMA), dan mengalami berbagai pertimbangan. Aku putuskan untuk melanjutkan kuliah di Surabaya. akhirnya aku putuskan untuk menjadi calon guru. Alasan yang mendorongku setelah belajar kitab Ta’lim Muta’alim, di pondok pesantren (PP) Darul Ulum Bangil. Dalam kitab itu di jelaskan seorang guru akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Sang Pencipta. Dalam majelis ilmu  akan di doakan dan dimintakan ampunan kepada Allah oleh semua penghuni lautan. Masih segar diingatku. Ibu berkata, “Dari mana biaya kuliah kamu peroleh”. Aku menjawab dengan santai, “yang penting Ibu doakan semoga aku di terima di IKIP Surabaya. Alhamdulillah berkat da’o ibu dan usaha keras selama setahun, aku dapat di terimah di Jurusan Pendidikan Kimia tahun 1987.  
            Untuk menjembatani antara cita-cita pertama dengan kedua, aku pilih jurusan pendidikan Kimia di atas. Mata kuliah yang amat membekas dan menantangku adalah kimia lingkungan. Sebagai bukti keseriusanku aku pilih judul skripsiku : “Sikap Mahasiswa Peduli Lingkungan*(1992).
            Sejak duduk di semester ketiga tahun 1988. Pihak pimpinan sekolah M.Ts (setingkat SLTP) PP Darul Ulum meminta saya membantu menjadi guru IPA di kelas 1. Libur  siswa di madrasah ini hari Jum’at, jadi diberi jam mengajar pada hari Sabtu dan Ahad. Ustad Zainul Mustain, kepala sekolah madrasah ini, memberi kesempatan emas padaku untuk mengembangkan dan mengasah ilmu keguruanku. Sebuah pengalaman berharga kulalui, setiap Sabtu dan Ahad aku berada di depan muridku. Sebuah perasaan bangga campur  waswas. Bagaimana tidak bangga semua muridku juga menjadi santri di Pondok Pesantren yang memiliki ilmu keagamaan lebih baik dariku. Tapi aku tetap percaya diri menginggat aku seorang mahasiswa.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat berlalu. Setelah aku lulus kuliah tahun 1993, mencoba mendaftarkan diri sebagai calon guru di SD Al Hikmah Surabaya. Dari seleksi yang begitu ketat, melalui empat tahapan, Alhamdulillah aku dinyatakan lulus. Sejak tahun 1993 sampai sekarang aku mengabdikan diri di  Yayasan Pendidikan Islam Al Hikmah Surabaya sampai sekarang.
Untuk memdapat predikat guru profesional adalah keinginan yang terpendam sejak aku bulatkan tekat menjadi guru. Beberapa pelatihan aku ikuti baik yang di adakan oleh internal YLPI (Yayasan Lembaga Pendidikan Islam) Al Hikmah atau di tempat lain. Mulai pelatihan mengenaiengelolaan kelas, pembuatan persiapan mengajar, KKG (Kelompok Kerja Guru)  IPA, dll. Tapi sampai sekarang aku merasa belum menjadi guru yang professional.

B. Hasrat Menjadi Penulis Profesional
            Belajar menulis secara serius baru aku lakukan ketika menulis skripsi. Pada saat aku menjadi mahasiswa belum ada satu tulisanpun yang tertuang di luar tugas kuliah. Laporan praktikum dan tugas prasarat mata kuliah saja yang aku geluti. Menulis skripsi bukan prasarat kelulusan di angkatanku (1987). Pihak rektorat baru mewajibkan bagi mahasiswa untuk menulis skripsi sejak mahasiswa angkatan 1990.
            Mohammad Said (mantan Dekan FPMIPA) aku pilih sebagai dosen pembimbing sripsiku. Beliau terkenal kiler. Bayangkan, ketika beliau memengang mata kuliah Kimia Anorganik atau Evaluasi Pendidikan, dari 50 mahasiswa yang ikut programnya, hanya sekitar 10 mahasiswa yang di luluskan dengan nilai C.
            Dengan semangat membara aku berjuang untuk menyelesaikan karya ilmiah perdanaku. Berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian kualitatif di sodorkan. Mulai dari Karya penulis dalam negeri sampai luar negeri menjadi bacaan wajibku. Karena pada umumnya penelitian di jurusanku memilih penelitian kuantitatif.
Akhirnya dalam waktu 6 bulan tugas berat itu mampu aku selesai. Adapun yang menjadi obyek penelitianku adalah 6 mahasiswa jurusan pendidikan kimia angkatan 1991. Salah satu mahasiswa yang menjadi obyek penelitianku, Mohammad Muklis,  sekarang sudah menjadi dosen tetap di jurusanku. Dia kini sedang menyelesaikan studi S-3 (Doktor).
Hampir sepuluh tahun, sejak tahun 1992 sampai  2002, kegiatan menulis ilmiah terkubur dalam-dalam di bawah sadarku. Tiba-tiba aku membaca  sebuah pengumuman dari Mendikbud, tentang Lomba Kreatifitas Guru (LKG) tahun 2002. Gelora menulisku mulia terusik kembali. Aku mulai membaca kembali karya ilmiah pertamaku, satu satunya yang kumiliki. Setelah merenung beberapa hari dan membaca beberapa literatur karya ilmiah di perpustakan. Akhirnya kuputuskan untuk kembali belajar menulis dan memutuskan untuk mengikuti lomba di atas.            
Aku mulai gila membaca dan menulis. Aku mencoba menulis di majalah, Koran, dan mengikuti lomba karya tulis ilmiah untuk guru. Hasil jeri payaku belajar menulis mulai mendapat respon. Aku menjadi wartawan di majalah dwi bulanan Al HIkmah sejak tahun 2003- 2005.
Tulisanku di muat di majalah Mimbar Depag Jatim, dan Majalah Al Mu’tashim (sebuah majalah milik yayasan Al Haromain). Aku semakin raiin menulis dan menulis. Kalau tulisanku yang tidak di muat jumlahnya cukup banyak, tapi tetap semangat untuk tujuan suciku mencari penghasilan tambahan.
Pada jalur karya ilmiah aku mulai membaca berbagai karya ilmiah baik di majalah sampai krisip mahasiswa S-2 yang tersedia di perpustakaan SD Al Hikmah ludes aku baca. Mulai tahun 2002 aku mencoba mengikuti LKG, lomba kreatifitas guru, tingkat nasional. Lomba ini diadakan oleh Diknas yang di ikuti oleh guru se Indonesia, mulai dari jenjang TK, sampai SMU. Lomba ini diadakan setiap tahun. Dari sembilan guru SD Al Hikmah yang mengikuti lomba ini ada satu guru (ustdz. Yani) yang menjadi finalis tingkat nasional. Semangatku semakin menggelora untuk dapat menjadi juara.
Alhamdulillah sampai sekarang baru 3 kali aku menjadi finalis karya tulis ilmiah tingkat nasional. Dan keinginan untuk jadi juara belum aku peroleh. Aku terus berjuang dan berdoa untuk selalu mengikuti lomba karya ilmiah baik yang di adakan oleh Depaq, Depdikbud, maupun  LIPI. Adapun karya ilmiah yang mampu memikat juri adalah dalam lomba Piagam MAB (Man And The Biosphere) tahun 2003 dan 2005 yang diadakan oleh LIPI dan LKIG (Lomba Karya I2 kali Finalis peneliti muda program UNESCO dan LIPI untuk  memperebutkan Piagam MAB  (Man and the Biosphere) tahun 2003 dan 2005, serta finalis  LKIG LIPI Tingkat Nasional Tahun 2006.


Contoh Abstrak Karya Ilmihku : Finalis Piagam MAB’06 (Man And The Biospere 2006)
MEMBANGUN KEPEDULIAN LINGKUNGAN SISWA ELEMENTARY SCHOOL MELALUI  CHILDREN’S GARDEN  DAN  PENDIDIKAN TEATER
SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PELESTARIAN
TAMAN NASIONAL BALURAN JAWA TIMUR

Kita tahu bahwa, kehidupan anak berpusat pada rumah, sekolah dan lingkungan sekitarnya. Karena itu, wilayah tersebut harus menjadi tempat yang aman dan sehat bagi anak. Namun, kenyataannya tak jarang tempat-tempat itu tidak aman bahkan menjadi penyebab sebagian besar kematian dan penyakit yang menimpa anak, terutama di negara berkembang. Di samping itu,  kondisi hutan di Jawa pada umumnya telah mengalami degradasi yang luar biasa, yaitu bahwa hutan dan lahan yang mengalami kerusakan mencapai 10,7 juta ha atau 84 % luas daratan Didorong dari faktor tersebut, SD Al Hikmah Surabaya berupaya secara preventif untuk meningkatkan kepedulian siswa pada lingkungan, khususnya pada Taman Nasional Baluran Jawa Timur.
Fokus utama yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Pertama, bagaimana upaya elementary school  dalam mendidik insan peduli lingkungan?  Kedua, apakah pendidikan teater  dapat mengupayakan secara preventif kelestarian Taman Nasional (TN) Baluran Jawa Timur ?
            Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik “Field Research” dengan metode studi kasus (case study), wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data penelitian. Disamping itu, instrumen lain yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi partisipatoris. Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif eksploratif melalui langkah-langkah reduksi data, paparan data, dan verifikasi data.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa, dalam menjawab permasalahan pertama, siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk peduli dan peka pada lingkungan. Untuk mewujudkannya langkah yang diterapkan sekaligus harus disukseskan antara lain :  Pertama, program budaya bersih, adapun pelaksanaannya lebih diprioritaskan pada siswa-siswi. Kedua, program  lingkungan bersih, program ini diperuntukan bagi siswa, guru dan petugas kebersihan. Ketiga, program student fair,  dalam program ini SD Al Hikmah berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat baik di lingkungan internal SD Al hikmah maupun di luar SD Al Hikmah, agar peduli pada lingkungan hidup melalui jalur pendidikan (dengan serangkaian lomba, festival seni, dan gebyar akhir tahun), Dan keempat, program chikdren’s garden,  program ini  merupakan salah satu wujud aplikatif upaya SD Al Hikmah dalam mencetak manusia peduli lingkungan dan upaya memperkaya pengalaman belajar siswa agar menjadi lebih siap hidup di jamannya
Dalam menjawab permasalahan kedua, hal ini tampak jelas pada naskah teater dan jawaban angket paska pentas teater. Dalam naskah teater (dongeng flora dan fauna) berjudul “Lestarikan Alamku,”  yang diajarkan pada siswa kelas 4 SD Al Hikmah pada tahun ajar 2004-2005 semester kedua. Dalam dongeng tersebut diceritakan ada beberapa anak sekolah yang hendak berangkat berlibur di Taman Nasional Baluran. Mereka ingin menikmati hawa segar di daerah pegunungan sambil meneliti flora dan fauna yang perlu dilestarikan dan dilindungi oleh semua manusia agar tidak punah. Puncak permasalahan yaitu ketika rombongan pencinta lingkungan di atas bertemu dengan beberapa orang pemburu yang bersenjata senapa. Dan terjadi perkelahian antara pencinta lingkungan yang dibantu oleh petugas taman nasional. Akhirnya para pemburu sadar dan meminta maaf serta ingin bergabung untuk ikut  melestarikan taman nasional. Dalam salah satu pertanyaan angket yang diberikan kepada siswa paska pentas teater, tentang cara melestarikan flora dan fauna yang dilindungi di taman nasional, Jawaban dari Nabila (pemeran siswa yang sering terlambat), “Aku ingin turut melestarikan flora dan fauna yang dilindungi yaitu dengan cara menghentikan perburuan dan aku bisa melakukan kampanye perlindungan binatang.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar